REVIEW BUKU SAKINAH BERSAMAMU

Review Buku

Sakinah Bersamamu

Karya: Asma Nadia
(Penulis Catatan Hati Seorang Istri dan Emak Ingin Naik Haji)

Edito: Thenita
Cetakan kedelapan belas: Juni 2014

Asma Nadia Publishing House
356 halaman

ISBN: 978-602-96725-5-8

*

Buku ini adalah sebuah kado pernikahan, agar sakinah senantiasa mengiringi rumah tangga. Bersama buku ini kita bisa belajar bijak berumah tangga melalui cerita. Karena cinta bukanlah mencari pasangan yang sempurna, tapi menerima pasangan kita dengan sempurna.

Buku ini memuat 17 cerita dan 17 sajak tentang pernikahan, juga 17 pembahasan seputar ujian dalam rumah tangga. Bagaimanakah warna cinta setelah 25 tahun berlalu? Bisakah dia tetap pelangi?

Disajikan dengan gaya gabungan fiksi dan nonfiksi, setiap cerita ditulis secara apik dengan pembahasan secara akurat setelahnya.

Aku tercenung, mendadak dihinggapi kesadaran. Masya Allah, itukah yang ingin disampaikan Mas Danu? (halaman 13)

Berbeda Itu Pelangi
Pernikahan mempertemukan dua karakter yang kadang kala berbeda seperti langit dan bumi, (halaman 16)

Hatiku berangsur luruh.
Ini, adalah perempuan yang sama yang kunikahi, bahkan lebih baik karena telah terlalu begitu banyak masa sulit, dan ia tetap di sisiku.
Ini adalah perempuan yang menghabiskan kejelitaan, dan kehalusan kulitnya, dalam hari-hari pernikahan yang panjang. (halaman 29)

... Bahwa menjaga penampilan di depan suami itu perlu.
Apa saja yang bisa kita lakukan, tanpa menghabiskan banyak dana?  (halaman 34)

Malam itu Indah belajar sesuatu: hal paling tidak enak ketika ngambek adalah dicuekin. (halaman 41)

Dilema Istri Sensi, Suami Enggak Sensi.
Lagi-lagi memang dibutuhkan saling pengertian, juga sikap terbuka. (halaman 53)

Cep, bicaralah! Teriak perempuan itu dalam hati.
Tapi seperti yang sudah-sudah, Cepy hanya mematung. Mata bintangnya memandangi Rani lama. Murung. (halaman 73)

Kebahagiaan itu ada di sini, bersama laki-laki yang mengucapkan janjinya untuk menjaga kita dalam keadaan apa pun. Bersama anak-anak yang semoga tumbuh dalam kasih sayang lengkap, ayah dan ibu. Jangan bahayakan cinta untuk hal-hal yang tidak pasti dan hanya melahirkan penderitaan penderitaan tak berujung. (halaman 80)

Maka ketika kakinya tak kuat lagi dipaksa bertahan di sana, perempuan itu undur diri...
Mutia cuma tersenyum. Ia tinggalkan ruangan, kali ini dengan kepala tegak dan dagu terangkat. Di benaknya cuma terselip satu keinginan. Pulang dan segera memeluk Mas Bayu, juga empat buah hatinya. (halaman 97)

Aku melihatnya tak mengerti. Baru kemudian kusadari kedua kelopak mata itu sudah kembali tertutup rapat. (halaman 118)

Tribute untuk setiap ayah dan bunda dengan ananda yang memiliki special needs. Semoga keikhlasan, kesabaran dan cinta selama mendampingi ananda, Allah balaskan surga. Aamiin. (halaman 121)

Suami istri itu terus saling menyalahkan. Sementara Tarno yang menyaksikan orangtuanya adu mulut, mendekati radioa dan menyalakannya lagi keras-keras. (halaman 133)

Yuk, kita ajak anak-anak bersikap jujur sejak kecil. (halaman 136)

Kepala berdenyar-denyar. Berbagai pikiran tumpang tindih...
Aku menengadahkan wajah yang basah air mata. Menatap Mas yang ternyata sudah duduk dekat sekali. (halaman 149)

Cemburu benarkah milik perempuan? (halaman 151)
Barangkali karena perempuan lebih ekspresif hingga terkesan demikian. Barangkali pula karena perempuan lebih bermain rasa sementara laki-laki lebih mengedepankan logika, hingga kesan ini semakin kuat.

Setelah kereta dorongnya penuh, Nyoya Kokom mendorongnya pelan-pelan ke arah kasir. Tapi sesuatu di depan sana membuat pandangannya terpaku. Dikerjapkannya mata berkali-kali hingga maskaranya belepotan. Tidak, ia tak salah lihat. Juga suara khas yang dikenalnya itu. (halaman 165)

Surga ada di telapak kaki ibu.
Sementara pintu surga ada di tangan ayah yang bekerja. (halaman 170)

"Habis... enggak tahu kenapa. Tante selalu merasa ada yang kurang pada diri Tante. Kadang Tante mencari-cari sendiri, apa yang salah ya hingga sampai saat ini Tante belum menikah." (halaman 199)

"Coba, Abang... apa saya sudah tidak cantik? Sudah tua? Usia saya baru tiga puluh dan dia sudah selingkuh!"
Astaghfirullah al adzim. Usia istrinya dan dia tiga puluh lima tahun, tapi dalam pandangannya wanita yang telah dinikahi selama delapan tahun itu, tak berubah sedikit pun. Cintakah penyebabnya? (halaman 213)

Tiba-tiba aku merasa begitu sepinya menjadi rembulan, atau matahari. Keduanya hanya sendiri dalam keramaian pesta langit. Tanpa pasangan. Itukah maksudnya selalu menatapi rembulan dan matahari? Tapi harusnya kesunyian itu tidak berlaku bagi mereka yang sudah menikah. Mestinya, hanya lelaki rantau macam aku, yang masih bersendiri saja, yang merasakan kehidupan demikian. (halaman 231)

Mas Teguh menunjuk boks di sebelah tempat tidur mereka. Anik memandangnya tak percaya, seperti diberi karunia kedua... (halaman 259)

Ajeng terduduk di kursi tamu dengan gagang telepon masih di telinganya. Berpikir apa yang bisa dikatakannya pada lelaki itu. Kejujuran yang tak bisa diterima. Sebelumnya ia sering mendengar istilah kejujuran yang pahit, mungkin ini salah satunya. (halaman 271)

Betapa pun mempesonanya, si dia bukanlah pasangan anda yang telah melalui berbagai persoalan, dan selama ini tetap berada di sisi. Jika pasangan tampak begitu banyak kekurangan di mata kita,  ingatlah bahwa kita pun bukannya bersih dari kekurangan. (halaman 282)

Menunggu adzan Subuh, Ahmad terus menggiatkan istighfar, memohon ampunan bagi Ambu dan dirinya. Jemarinya tanpa sadar membuka-buka lembar tafsir Al Quran. Ahmad takjub tak terkira ketika matanya terantuk pada kalimat: "... dan yang mohon ampunan di waktu sahur...." (halaman 298)

Jika kau tanya,
kenapa aku memilihmu
Itu karena Allah memberiku cinta
yang ditujukan padamu (halaman 311)

**

Buku bercover foto penulisnya ini sukses membuat sebagian pembacanya menangis setiap kali membaca cerita di dalamnya, meski sudah beberapa kali membacanya. Sungguh betapa dahsyat kekuatan cerita dalam setiap kisah yang ditampilkan dalam setiap karya.

Buku ini juga mendasari dibuatnya sinetron dengan judul yang sama yang dibintangi oleh Dude Harlino dan istrinya, Alyssa Soebandono beberapa waktu lalu.

Sungguh, Sakinah Bersamamu menjadikan pembacanya belajar tentang bagaimana menjembatani perbedaan karakter yang ada pada setiap bingkai pernikahan. Pembaca juga diajak untuk belajar menjembatani perbedaan karakter, bertindak tepat saat cemburu, mengatasi CLBK, permasalahan bunda bekerja atau di rumah, alarm yang perlu diwaspadai agar tak selingkuh, menyembuhkan hati yang luka, dan bakti perempuan, antara orang tua, suami dan mertua.

***

Sungguh buku ini sangat bermanfaat bagi saya. Saya sudah membacanya hampir 5 kali. Terlihat dari foto yang sudah lecek, kan. Hmhmmm.

Lalu, bagaimanakah dengan Anda? Sudahkah Anda membacanya!

****

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#day23

#962kata
#CleverStory
Rumah Clever, Cilacap, 22 September 2018: 22.53
Ibu Jesi.

*****

Betty Clever
Betty Clever Lifestyle Blogger

4 komentar untuk "REVIEW BUKU SAKINAH BERSAMAMU"