Jesi dan Istana Bintang: Masuk Istana

Jesi dan Istana Bintang
Oleh Betty Irwanti

Jesi menggendong Cio, sambil bernyanyi-nyanyi sepanjang jalan. Begitu pula dengan Brilli. Sepertinya mereka berdua sangat gembira karena baru saja mendapat teman baru.

"Tuan Puteri suaranya bagus ya!" ujar Cio tanpa sengaja.
Jesi tersenyum.

Brilli yang menjawab kemudian, "Jesi memang suaranya bagus, Cio. Sama kayak suara Ratu Rona,"

Jesi semakin tersenyum lebar.

Sesampainya di tenda, Jesi langsung merebahkan diri di tempat istirahat yang sudah disediakan oleh para pengawal sejak kemarin sore. Tidak lupa, ia letakkan Cio di sampingnya.

"Cio, mari kita istirahat dulu. Supaya besok kita bisa kembali ke istana dengan segar,"

"Baik, Tuan Puteri,"

"Brilli, selamat istirahat ya!"

"Baik Jesi, selamat mimpi indah ya!"

Mereka bertiga lelap. Hingga kokok ayam hutan membangunkan di pagi yang begitu cerah. Cio, bangun terlebih dahulu dan merasa sudah baikan. Entah kenapa kakinya sudah sembuh. Tak ada lagi luka, tak ada lagi darah dan tak ada lagi bekas ikatan kain yang dibalutkan oleh Jesi dini hari tadi.

Siapa yang mengobatiku, ya? Cio bergumam dalam langkah pelannya, saat berjalan-jalan di sekitar tenda. Dia melihat para pengawal sibuk mengemasi barang, hewan buruan dan menyiapkan sarapan.

Jesi muncul dari balik tendanya, "Selamat pagi Cio, Brilli!"

Cio bingung, ada di mana Brilli? Tidak ada.

"Jangan kaget, Cio. Brilli ada di telingamu yang lebar ini," Brilli tertawa lebar, kemudian terbang ke sana kemari.

"Brilli, jangan bercanda sama Cio, dia belum memahami,"

"Cio, kalau siang Brilli memang tidak terlihat sama sekali. Hanya aku yang bisa melihatnya,"

Cio mengangguk tanda mengerti.

Tiba-tiba Jesi terdiam, lalu ke luar tenda. Ia berjalan menuju tenda Raja Jose.

"Sepertinya Ayah belum terlihat, mari kita ke sana, Brilli, Cio!"

Brilli terbang rendah di pundak Jesi, Cio mengikutinya di sebelah kiri kakinya. Cio meloncat kegirangan. Dia akan bertemu raja Kerajaan Bintang.

"Selamat pagi, Ayah!" sapa Jesi begitu masuk tenda.

"Selamat pagi, sayang! Apa kabar teman barumu itu?" Raja Jose menoleh ke arah Cio.

"Baik, ayah. Ayah sudah tahu ya, kalau Jesi baru saja mendapat teman baru,"

Raja Jose mengangguk. Jesi, Brilli dan Cio belum tahu kalau yang menyembuhkan Cio sebenarnya adalah ayahnya sendiri.

"Boleh kan, Yah? Jesi bawa teman ke istana?"

Raja Jose diam sejenak, seperti ada yang dipikirkan.

"Boleh, boleh. Lagian kamu juga di istana sendirian, kan? Belum ada teman,"

Jesi tersenyum. Ayahnya memang tidak melihat keberadaan Brilli. Hanya orang tertentu saja yang bisa melihatnya.

"Siapa nama teman barumu itu?"

"Cio, Ayah!"

"Cio, kenalkan, ya! Ini ayahku. Raja Jose,"

Cio mengangguk takzim. Senang sekali diizinkan tinggal di Istana Bintang bersama Puteri Jesi dan Peri Brilli.

'Selamat tinggal hutan. Selamat tinggal kegelapan' begitu kata Cio dalam hati.

"Mari kita berkemas untuk pulang, Jesi, Cio. Siang ini kita sudah harus sampai di Istana Bintang. Ratu Rona sudah menunggu kedatangan kita!"

*

Sepanjang perjalanan pulang ke Istana Bintang, Raja Jose, Jesi dan semua pasukan berburu terlihat sumringah. Mereka kembali dengan membawa hasil buruan yang lumayan. Semua tersenyum senang. Terlebih lagi Jesi, dia mendapat teman baru bernama Cio.

"Selamat datang kembali, Tuanku Raja Jose!" sambut perdana menteri.

"Selamat datang kembali, paduka Raja Jose.!" sambut Ratu Rona.

"Terima kasih, terima kasih!"

Raja dan rombongan tiba di halaman Istana Bintang, Raja Jose langsung memberikan perintah lanjutan.

"Terima kasih untuk semua pasukan. Perburuan kita kali ini berhasil dan sangat memuaskan. Sudah saatnya kita kembali bertugas di Istana Bintang. Mari kita istirahat sejenak, lalu tetap bertugas sesuai apa yang diperintahkan oleh komandan kalian masing-masing. Jelas!"

Semua menjawab dengan mengangkat pedang. Pasukan dibubarkan. Waktunya semua kembali seperti awal keadaan.

Jesi menemui Ratu Rona.

"Ibu, izinkan Jesi membawa serta teman baru yang Jesi temukan di hutan, Bu. Dia terluka. Dia sudah kami rawat dan Jesi memutuskan untuk membawanya serta ke dalam Istana. Mohon izin ya, Ibu!"

"Baiklah, Jesi. Ibu mengizinkan. Berteman baiklah dengan siapapun."

"Kenalkan Ibu, temanku ini bernama Cio!"

Cio tersenyum.

"Lucu sekali, Cio ya Jes. Bulunya sangat bersih, putihnya sangat terang. Seterang rembulan di malam purnama,"

Cio membelalak senang dipuji sebegitunya oleh Ratu Rona.

"Cio memang kelinci yang unik, Bu. Jesi menyukainya,"

Jesi mohon diri untuk beristirahat di kamarnya. Mulai hari ini, Cio akan menemaninya sepanjang waktu di Istana Bintang sebagai temannya.

"Selamat datang, Cio. Semoga kamu betah tinggal di Istana ini bersamaku!"

Cio mengangguk. Ingin sekali dia berkata, "Terima kasih Tuan Puteri Jesi yang baik hati. Sambutan ini sungguh luar biasa. Kamu, Ayah dan Ibumu memang benar-benar orang baik. Sungguh orang yang baik hatinya,"

**

#Fantasi
#JesidanIstanaBintang
#MasukIstana
#KelasFiksiODOP6

#OneDayOnePost
#EstrilookCommunity
#November2018
#Day23

@RumahCleverCilacap, 23 November 2018: 04.43.
Ibu Jesi.

Sumber gambar: linamarlsworldandknowledges.blogspot.com

#736kata

Betty Clever
Betty Clever Lifestyle Blogger

1 komentar untuk "Jesi dan Istana Bintang: Masuk Istana"