#Day5
#KelasNonFiksi
#OdopBatch7
Bismillah
Alhamdulillah
Selamat
hari Jumat, Semoga kita semua selalu bersemangat. Mari selalu bermunajat,
jalani hidup penuh manfaat.
Salam
hangat dariku, Ibu Jesi. Dari Aula Koordinator Wilayah Bidang Pendidikan dan
Kebudayaan Kecamatan Bantarsari.
Kenapa
dari situ, bukan dari sekolahku atau Rumah Clever seperti biasanya? Sebab saat
ini, sejak tadi pagi aku bersama Yahnda Bunda Operator Sistem Manajemen Barang
Daerah sedang melaksanakan Sensus Barang Tahun 2019.
Sebenarnya
sejak kemarin, bahkan kemarin-kemarinnya lagi pekerjaan ini sudah dimulai, tapi
karena banyak pekerjaan yang juga harus diselesaikan dalam waktu yang sama
jadi, aku dan Yahnda Bunda merasa perlu merapat. Agar pekerjaan bisa selesai
dalam waktu dekat.
Alhamdulillah,
setelah berjibaku, file dalam format rar sudah kusetorkan. Ini masih menunggu
teman satu gugus (desa) yang sedang menyelesaikan.
Kenapa
aku rela menunggu mereka, padahal pekerjaanku sendiri sudah selesai? Bisa saja
aku pulang lebih awal tapi aku tidak melakukannya. Silakan Yahnda Bunda tebak
sendiri, biarkan jawaban dari menjadi rahasiaku.
Siang
ini aku sudah bisa tersenyum manis. Meski masih berpikir keras untuk memilih
lagu. Lho kok lagu? Wait, Yahnda Bunda.
Bulan
ini bulan November, bulannya para guru, termasuk Ibu Jesi. Sejak awal bulan,
memulai rapat PGRI sudah diputuskan bahwa hari Sabtu tanggal 23 November 2019
akan ada acara Lomba Nyanyi Solo untuk para guru perempuan dan Lomba Masak Nasi
goreng untuk para guru laki-laki.
Kenapa
terbalik begini? Agar dunia ini seimbang ya Yahnda Bunda. Agar para bapak-bapak
guru merasakan memasak hidangan sederhana untuk keluarga. Juga agar para
ibu-ibu bisa me time dengan menyalurkan bakat terpendamnya, melalui nyanyian.
Bukankah
manusia diciptakan dengan bakat, minat dan kecerdasan? Bayi, anak-anak, remaja,
orangtua, lanjut usia dan semuanya. Di tulisanku kemarin, sudah ada bahasan
tentang kecerdasan majemuk. Jika Yahnda Bunda belum baca, silakan bisa
seluncuran.
Kakak Jesi,
lahir dengan proses yang luar biasa. Ketika bayi, dia bukan termasuk anak yang tidak
rewel, tidak mengajak ayah ibunya begadang, sesekali saja cukup. Tapi, seiring
waktu berjalan, dia belajar banyak hal sendiri.
Di usianya
yang belum genap tiga tahun, dia bisa belajar mandiri lewat gawai. Dengan segala
pengawasan, dia autodidak memahami semua lagi yang sengaja kudowonloadkan. Puji
syukur, dia tumbuh menjadi anak yang energik, sekali mendengarkan, dia akan
mudah mengingat. Sekali mendengarkan lagu, dia akan menggerakkan badannya.
Apakah
dia sama denganku? Ibunya?
We will
wait and see.
Sepertiku
yang menunggu hari besok. Besok, yang aku bayangkan acara akan berlangsung meriah.
Aku sendiri juga sebenarnya kebagian jatah. Jatah bawa nasi untuk dimakan
bersama Yahnda Bunda satu sekolah. Soal lauk yang lain, sudah dalam
pembagiannya sendiri-sendiri.
Sama
seperti pembagian jatah yang sudah sendiri-sendiri, kembali lagi ke pembahasan
kecerdasan. Kecerdasan manusia juga ada bermacam-macam. Inilah yang akan
kubahas dalam #CleverParenting kali ini.
Di
dunia ini ada banyak tokoh terkenal yang memiliki tinggakt kecerdasan luar
biasa. Contohnya Albert Einstein adalah seorang profesor dan ilmuwan yang
terkenal di abad 20. Ia dianggap sebagai salah satu orang terpintar karena
memiliki IQ 190.
Selain
Albert Einstein yang mempunyai IQ 190, ada juga Stephen Hawking, yaitu ilmuwan
fisika teoritis yang juga berprofesi sebagai profesor matematika di Universitas
Cambridge, Inggris.
Stephen
Hawking tercatat mempunyai IQ sebesar 160, lo, Yahnda Bunda. Tingkat IQ yang
dimiliki seseorang akan memengaruhi kemampuan berpikir, berakal, dan menanggapi
sesuatu atau dikenal dengan kecerdasan intelektual.
Nah,
biasanya kita akan melalui serangkaian tes untuk bisa mengetahui tingkat IQ,
dan seseorang dikatakan jenius jika hasil tes menunjukkan angka di atas 140,
sedangkan angka di bawah 70 termasuk rendah.
Tapi
ternyata tingkat kecerdasan seseorang tidak hanya diukur berdasarkan IQ saja,
lo, karena ada EQ dan AQ yang juga ikut menentukan tingkat kecerdasan
seseorang.
Yuk, kita cari tahu apa bedanya IQ, EQ, dan AQ!
IQ
IQ
adalah singkatan dari intelligent quotient atau kecerdasan individu dan
berhubungan dengan kemampuan penalaran atau berpikir.
Intelligent
atau intelegensi adalah keseluruhan kemampuan individu atau seseorang untuk
berpikir dan bertindak secara logis, terarah, dan bisa mengauasai serta mengolah
lingkungan dengan lebih efektif.
Kepintaran
seseorang sering diukur dengan melihat tingkat IQ, karena aspek ini memang
berguna untuk menyelesaikan masalah, menghasilkan persoalan-persoalan baru,
hingga menciptakan sesuatu yang bisa memunculkan penghargaan.
Secara
singkat, IQ mewakili kecerdasan dasar yang dimiliki seseorang dan mencakup
sejumlah kemampuan.
Selain
kecerdasan yang sudah disebutkan di atas, IQ juga berguna untuk berpikir
abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan kemampuan belajar.
Itulah
sebabnya beberapa orang yang memiliki tingkat IQ yang tinggi biasanya berbicara
lebih cepat dan mampu menguasai beberapa bahasa saat usianya masih kecil.
Dalam
aspek IQ, hanya dimasukkan kemampuan kognitif saja, nih, Yahnda Bunda, tanpa
adanya aspek psikologis atau berkaitan dengan emosi individu tersebut.
EQ
Berbeda
dengan IQ yang mengukur tingkat kecerdasan seseorang dengan aspek kognitif, EQ
berhubungan dengan aspek emosional.
Kepanjangan
dari EQ adalah emotional quotient, yaitu kemampuan seseorang untuk menerima,
menilai, mengelola, dan mengontrol emosi dirinya dan orang lain yang ada di
sekitarnya.
Beberapa
orang mengatakan kalau tingkat EQ yang dimiliki seseorang lebih penting
dibandingkan dengan IQ, lo.
Orang
dengan EQ tinggi dianggap akan lebih mudah untuk memahami, berempati, dan
melakukan diskusi dengan orang lain di sekitarnya.
Selain
itu, EQ juga dianggap lebih penting karena akan membantu kita untuk lebih mudah
membangun hubungan dengan orang lain dengan menggunakan emosi yang dimilikinya.
Ada
lima hal utama pada kecerdasan emosional kita, nih, yaitu bisa menyadari dan
mengelola emosi diri sendiri, peka terhadap emosi orang lain, bisa merespons
serta bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, dan bisa menggunakan
emosi sebagai cara untuk memotivasi diri.
AQ
AQ
merupakan singkatan dari adversity quotient yang disebut juga dengan ilmu
ketahanan.
Istilah
ini muncul karena AQ adalah aspek yang mengukur kemampuan seseorang untuk
berurusan dengan tekanan yang muncul dalam dirinya.
Tidak
hanya tekanan, tapi AQ juga mengukur bagaimana kita menghadapi kesulitan yang
ada di depan kita dan mengatasi kesulitan, nih, Yahnda Bunda.
Ada
tiga tingkatan dalam AQ, yaitu quitters, campers, dan climbers yang digunakan
untuk mengetahui kemampuan AQ seseorang.
Tingkat
quitters atau orang-orang yang berhenti adalah ketika seseorang menyerah saat
menghadapi kesulitan, tidak berusaha, dan hanya mengeluh.
Sedangkan
campers yaitu orang-orang yang berkemah, adalah orang yang pada awalnya
berusaha untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Tapi
di tengah jalan, ia merasa bahwa usahanya sudah cukup dan berhenti atau tidak
berusaha lagi, nih, padahal kesulitan yang dihadapinya belum selesai
sepenuhnya.
Lalu
yang terakhir adalah tingkat climbers atau orang yang mendaki, yaitu mereka
yang selalu selalu mendaki untuk bisa menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Tujuan
"pendakian" yang dilakukannya adalah untuk menemukan kebahagiaan di
hidupnya.
Mana
yang Lebih Penting, IQ, EQ, Atau AQ?
Banyak
yang mengatakan kalau IQ lebih penting dibandingkan EQ atau AQ, tapi ada juga
yang mengatakan EQ lebih penting dari IQ dan AQ, sedangkan beberapa orang
menganggap AQ tidak kalah penting dibandingkan EQ dan IQ.
Wah,
sebenarnya mana yang lebih penting dari ketiganya, ya?
Ternyata
tidak ada satu quotient atau kemampuan yang lebih penting dibandingkan
kemampuan yang lain, lo, Yahnda Bunda.
Keseimbangan
dari tiga kemampuan, yaitu IQ, EQ, dan AQ lebih penting untuk dimiliki oleh
seseorang.
Itulah
sebabnya orang yang mempunyai keseimbangan IQ, EQ, dan AQ disebut sebagai
individu terbaik, karena bisa mengelola emosi mereka dengan baik tapi tetap
bisa memahami situasi kehidupan.
Setiap
kemampuan sebenarnya mempunyai peran yang signifikan atau jelas pada
pertumbuhan seseorang.
Misalnya
IQ yang berperan pada prestasi kita di sekolah, EQ yang membuat kita mudah
bersosialiasi, dan AQ yang membantu kita menghadapi masalah, misalnya mendapat
nilai ulangan yang jelek.
O iya,
tingkat kemampuan IQ, EQ, dan AQ yang dimiliki seseorang dapat berubah seiring
pertumbuhan dan bertambahnya usia kita, Yahnda Bunda.
Sudahkah
Yahnda Bunda tahu tingkat kecerdasan ananda berapa? Aku sendiri belum tahu. Kapan
ya aku bisa mulai cari tahu?
Besok saja mungkin ya, jika Kakak Jesi dan orangtuanya sudah siap.
Aku belum tahu level kecerdasanku. Sepertinya belum tinggi - tinggi juga^^ Seandainya ada obat penumbuh kecerdasan^^
BalasHapusAnyway..tulisan keren.mbak
Bagus ulasannya mb Betty..nggak perlu buka buku dehπ
BalasHapusKeren kakakku
BalasHapus#semangat
Waktu smp pnh tes iq, nilai mayanlaahh, standar, kalao eq dan aq belum pnh tes nih, pingin nyoba dites deh
BalasHapusWah jadi pengin tahu kecerdasan majemukku juga sampai mana πππ terimakasih mba edukasinya
BalasHapusInformatif sekali mbak
BalasHapusTingkat kecerdasan, wak saya berapa ya, jadi malu.
BalasHapussudah mbak, bahkan sering mencoba tes kecerdasan sm anak saya.hehe spy kedepannya lebih terarah hehe
BalasHapusSaya tipe apa ya? Apakah suka ngeluh? Paling tidak bksa campers lah ya, hehe
BalasHapusSaya belum tahu juga nih, makasih mba ulasannya
BalasHapusJudulnya menarik, bikin penasaran isinya...
BalasHapusoh ya, sepertinya ada kecerdasan yg baru ditemukan belum lama Bun, namanya SQ (Spiritual Quotient).. :)