Apakah Benar Anak yang Cerdas Berasal dari Orangtua yang Cerdas Pula?


#Day1
#KelasNonFiksi
#OdopBatch7

Bismillah
Alhamdulillah

Selamat hari Senin. Selamat berada di pertengahan bulan November. Satu setengah bulan terakhir di tahun 2019 ini. Puji syukur alhamdulillah, masih diberi nikmat sehat walafiat. Semoga dengan kesehatan ini, kita semua selalu semangat menjalani hari, seperti apapun itu. Semoga kebaikan dan keberkahan senantiasa melingkupi. Aamiin.

Demi terus menjaga semangat dalam diri dan semangat seorang istimewa, yang juga sedang ikut kelas menulis lanjutan di kelas berbeda. Aku akan berjuang menaklukkan diri dan tantangan, demi menemaninya.

Kembali dan kembali. Ini semua aku lakukan disebabkan oleh cintaku padanya dan pada-Nya. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk Selesaikan Tantangan Raih Kemenangan, meski harus berbagi konsentrasi dengan anak murid tercinta, aku harus bisa.

Demi sebuah konsistensi, semoga setiap hari dalam satu bulan, semoga aku bisa stabil pada satu tema. Tidak melirik tema lain, agar suatu saat bisa menemukan fokus utama tulisan.

Demi itu semua, aku akan menulis kembali di sini. Selamat membaca ya teman-teman, terutama para Bunda dan Yahnda yang aku takzimi. Semoga apa yang kutuliskan bisa bermanfaat untuk kita sekalian. Aamiin (lagi).

#CleverParenting

Aku memberanikan diri menulis tentang parenting, kenapa? Karena aku ingin belajar menjadi orangtua yang baik untuk anakku, meski anakku baru satu. Orangtua yang cerdas dan mencerdaskan anak. Oleh karena itu anakku kuberi nama, Cleverona Bintang Aljazira, dengan harapan kelak ia menjadi manusia yang cerdas dan mencerdaskan. Aamiin.

Aku menulis tema parenting ini, jelas tidak bisa sendiri, (karena anak baru satu, -lagi). Di berbagai jalur pribadi, aku (juga) memberanikan diri untuk mewawancarai  teman yang lebih mumpuni dalam hal ini, ibu dengan dua anak, ibuku sendiri. Atau narasumber lain yang kuanggap mumpuni, tak lupa juga referensi dari sumber di media online yang banyak ada via googling mandiri.

Oke, baiklah.

Langsung saja pada topik awal di #CleverParenting yang akan aku bahas kali ini.

Sudahkah teman-teman semua membuka atau memperbesar poster yang kupajang di paling atas? Jika belum, silakan zoom dulu. Ada pertanyaan inti di sana?

Anak yang cerdas berasal dari orang tua yang cerdas pula. Benarkah?

Orangtua cerdas? Pahamkan? Ya, itulah mereka yang mempunyai dedikasi tinggi terhadap keturunan agar nantinya tak merasakan betapa mirisnya kehidupan walau tak dipungkiri semua manusia akan merasakan sebuah kepahitan. 

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan seperti lingkungan, pergaulan dan banyak lagi. Sebuah kewajiban bagi orangtua untuk mendidik dan memberikan kehidupan yang tentunya baik untuk anaknya agar nantinya anak tak terjerumus ke dalam kehidupan yang tak baik semacam narkoba, miras, seks bebas dan lain-lain. 

Orangtua itu ibarat cermin, cermin yang menggambarkan anaknya dan tentunya apa yang di ajarkan orang tuanya pasti di cerminkan oleh anaknya. Hal semacam ini amat sangat perlu untuk dipikirkan matang-matang demi buah hati tapi tetap ada batasan pula agar sang buah hati tak merasa terkekang atau terpaksa. Semua dimulai dari pendekatan yang baik dari hati ke hati agar sang anak bisa lebih leluasa menerima pendidikan atau anjuran dari orang tua.

Orang tua cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas. Benarkah?

Dari lama web hipwee.com, Berapa persen kebenaran kalimat tersebut dengan realita yang sekarang? Jawabannya adalah dari orangtua yang cerdas akan melahirkan anak yang cerdas pula yang dibawa dari gen ibunya, ini sebuah penelitian oleh University of Washington. Tapi hal ini tak selalu menjadi acuan bahwa anak tersebut akan tumbuh sesuai dengan apa yang diinginkan orang tua, kembali ke orang tua lagi karena semua pokok permasalahan dalam mendidik anak berada pada orangtua. 

Sebagai orangtua di era digital kita dituntut lebih jeli dalam hal apapun mengingat era digital adalah era dimana manusia mempunyai tingkat kemudahan yang lebih dalam mengakses apapun secara langsung ataupun dengan media apapun dan dari situlah peran vital orang tua di uji, apakah dia (orangtua) mampu menjadi filter bagi anak-anaknya atau justru sebaliknya. Hal seperti apa yang harus digaris bawahi sebagai orang tua di era digital? Ini dia.

1. Lingkungan itu sangat berpengaruh besar pada tumbuh kembang anak

Pengaruh pertama dan paling utama yaitu lingkungan! Karena lingkungan adalah cikal bakal pengetahuan anak dari apa yang ia lihat, ia rasakan dan ia pelajari entah itu baik atau buruk. Pandangan orangtua mengenai lingkungan memang bukan hal yang mudah karena hal itu selalu berkaitan dengan materi untuk mereka yang menengah ke bawah namun untuk mereka yang serba ada mungkin bukanlah masalah yang besar. Lingkungan yang baik nggak selalu seperti perumahan megah, mewah dan aman dari bencana, lingkungan yang baik itu semacam sebuah tempat yang dihuni banyak kepala keluarga dengan interaksi yang baik seperti kerukunan, peraturan dan semua hal yang bersifat kekeluargaan. 

Dari lingkungan yang baik seorang anak akan membiasakan diri atau adaptasi dengan hal positif yang sering ia lihat dan rasakan kemudian lambat laun akan menjadi kebiasaan mereka. Terbiasanya seorang anak dengan hal positif akan membuat pola pikir dasar anak akan terbentuk dengan baik pula tentunya dengan dukungan orangtua yang menjadi gardan utama dunia luar sebelum anak mengenalnya dan itulah alasan kenapa lingkungan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.

2. Pastikan anak bisa menerima pendidikan agama dan moral karena itu pedoman

Kita lahir di negara yang mengakui ke-Tuhan-an yang Maha Esa sebagai pedoman utama untuk hidup berbangsa dan bernegara. Pengetahuan tentang agama memang bisa dipecah ke beberapa kepercayaan yang diakui oleh negeri yang elok ini dan setiap agama punya cara berbeda-beda entah dari ibadah, berdoa dan memuja Tuhan namun secara garis besar semua agama mengajarkan hal yang baik, hal yang baik yang menjadi pedoman dan kepercayaan hidup agar hidup memiliki tujuan spiritual bukan hanya sekedar hidup kemudian mati tanpa tujuan. 

Adalah sebuah kewajiban utama bagi orang tua untuk mengenalkan seorang anak untuk mempercayai Tuhan dan kekuatan Tuhan, agar anak memiliki iman dan pedoman untuk menjalani hidup. Agama itu tak membatasi, agama itu tak mengekang tapi agama punya peraturan yang baik sesuai kepercayaan mengajarkan moral kehidupan, memberi jalan yang terang bagi umat dan memberi timbal balik sesuai dengan tingkat keimanan masing-masing karena itulah kenapa seorang anak di wajibkan untuk mengenal agama sejak dini.

3. Memberi kasih sayang itu mutlak tapi jangan sampai membuat anak menjadi manja

Nggak asing kan dengan pribahasa tersebut? Pastinya. Pribahasa tersebut memiliki arti kasih sayang ibu kepada anaknya itu sepanjang masa sedangkan kasih sayang anak kepada ibunya ada batasnya. Mutlak hukumnya bagi orangtua memberi kasih sayang entah berbentuk apa saja. Kasih sayang antara orangtua dan anak itu tak ada batasnya dari orangtua yang berbentuk semacam pendidikan, fasilitas dan terkadang dengan gertakan yang terkesan lantang. 

Di era milenial ini banyak sekali fakta mengejutkan tentang timbal balik kasih sayang orangtua kepada anaknya seperti air susu yang dibalas dengan air tuba, orangtua yang membesarkan anak agar menjadi generasi yang baik terkadang terbantahkan dengan gertakan-gertakan anak jaman sekarang dari yang membentak, menjadikan seperti pesuruh dan bahkan kekerasan secara fisik. Kegagalan dalam mendidik anak tak serta merta disalahkan kepada orangtua karena dalam mendidik anak bukan hanya tertuju pada satu faktor saja, banyak faktor yang mendukung atau menunjang dalam mendidik anak namun semua kembali kepada orangtua dan anaknya. 

Ketika kasih sayang dalam rumah tangga diberikan sepenuh hati sedangkan lingkungan mereka berbanding terbalik dengan keadaan rumah, apa mungkin tumbuh kembang anak sesuai dengan ekspektasi orang tua? Belum tentu, masih ada banyak faktor yang menjadi acuan dalam mendidik anak bukan dari satu faktor saja contoh seperti korban broken home, alasan utama ketika mereka melampiaskan kekesalan dengan hal negatif karena memang tak ada orang yang memberi jalan yang baik untuk melampiaskan istilah lainnya karena kurangnya kasih sayang yang ia dapat.

Fasilitas penunjang kepada anak di era milenial semacam gadget, komputer dan kendaraan bermotor tak bisa dipungkiri, anak kecil bermain dengan gadget atau komputer itu sudah menjadi pemandangan disegala tempat di era ini. Hal semacam itu emang tak selamanya buruk asal orangtua paham akan porsinya. 

Orangtua yang cerdas bukan mereka yang memberikan fasilitas itu semua, bukan mereka yang mampu memberikan segalanya tapi adalah mereka yang sadar akan porsi kebutuhan anak terhadap fasilitas tersebut karena apa? Karena terkadang anak akan memiliki dunianya sendiri dengan fasilitas tersebut tanpa melihat dunia nyata yang lebih konkrit sehingga tumbuh kembang interaksi anak akan berkurang dan hanya berkecimpung di dunianya saja yang tidak nyata. Itulah kenapa batasan seperti gadget dan lain-lain perlu dibatasi.

4. Kebersamaan dalam keluarga itu penting! One day trip with family itu perlu!

Moment-moment dalam keluarga merupakan salah satu faktor penunjang dalam mendidik anak semacam kebersamaan entah itu one day trip with family, makan malam bersama atau hanya sekedar berkumpul menghabiskan waktu di akhir pekan. Kebersamaan keluarga mencerminkan sebuah keluarga yang harmonis dan dari kebersamaan itu pula anak belajar tentang kehidupan bersosial. 

Manusia itu mahkluk sosial yang tak bisa hidup tanpa berdampingan dan keluarga adalah dampingan pertama mereka sebelum bersosial dengan lingkungan yang lebih luas. Banyak hal yang bisa di berikan ketika kebersamaan telah terjalin antara orang tua dan anak dari bersosialisasi, pemecahan masalah bersama dan masih banyak lagi.

5. Kepercayaan antara anak dan orangtua itu ibarat jarum dan benang

Banyak, pengawasan orang tua ketika anak berada di rumah itu terbilang mudah tapi jika anak berada diluar rumah? Tanpa dampingan orangtua? Apa mungkin orangtua memberikan pengawasan selama 24 jam penuh? Itu tidak mungkin dan dengan adanya kepercayaan inilah orangtua mengawasi mereka. Kepercayaan seperti apa maksudnya? 

Kepercayaan orang tua terhadap anak itu semacam memberikan sugesti pada diri sendiri bahwa sang anak tak akan melakukan hal yang negatif atau berprasangka baik terhadap apa yang dilakukan anak tanpa pengawasannya langsung dan melalui sugesti yang baik itu pula maka timbulah energi postif dari sang anak atas kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Perkenalkan anak dengan dunia yang lebih luas dunia yang tidak hanya ia lihat setiap hari dengan interaksi yang baik, pendidikan moral dan kasih sayang. Harapan besar orangtua kepada anak selalu baik tak ada orangtua yang ingin melihat anaknya gagal dalam hal apapun dan semua itu butuh proses yang tak mudah. Anak merupakan titipan Tuhan yang paling istimewa dan berharga maka setiap keberhasilan anak merupakan keberhasilan orang tua yang telah mendidiknya.

Yuk, jadi orangtua cerdas, ya Bunda Yahnda!


Betty Clever
Betty Clever Lifestyle Blogger

9 komentar untuk "Apakah Benar Anak yang Cerdas Berasal dari Orangtua yang Cerdas Pula?"

  1. Sedih kadang kalau lihat di medsos ada anak yang menginjak ibunya. Tak lama ibunya meninggal. Memang ilmu parenting itu perlu juga. Semangat mba, tulisannya bagus

    BalasHapus
  2. Hiks, masih suka bentak anak pas anak bikin salah, sedih akutu
    Semoga ke depannya aq bisa menjadi ortu yang lebih bijaksana lagi

    BalasHapus
  3. woww, buat saya yg belum jadi orang tua bisa jadi masukan yg sangat baik.

    BalasHapus
  4. Ayo jadi orang tua cerdas. Jngn lupa mampir ke blogku hehhe

    BalasHapus
  5. Kok bisa bikin blog serapi ini sih?

    Kalau Guruku mengajarkan kecerdasan itu terbentuk dari kemauan untuk belajar, berproses, peduli dan respon yang tinggi. Hehe

    BalasHapus
  6. Kok bisa bikin blog serapi ini sih?

    Kalau Guruku mengajarkan kecerdasan itu terbentuk dari kemauan untuk belajar, berproses, peduli dan respon yang tinggi. Hehe

    BalasHapus
  7. ilmu parentingggg sebelum jd orang tua penting sekali makasih ka bety, mampir2 ke rumah saya hii

    BalasHapus