#Day10
#KelasNonFiksi
#OdopBatch7
Bismillah
Selamat
pagi
Selamat
hari Jumat
Mulai hari
dengan semangat, sesemangat aku yang meski semalam memilih rehat, meski
kesempatan membuat draft terlewat, itu semata demi memberikan hak pada tubuh
untuk beristirahat.
Ini
tulisanku untuk membayar tugas postingan, hari kemarin? Kenapa hari kemarin aku
tidak sempat posting?
Jadi begini
ceritanya:
Hari Rabu,
aku lupa hari dan lupa tanggal. Kukira hari Rabu kemarin itu tanggal 28,
padahal tanggal 28 itu Kamis. Ini gagal fokus yang pertama. Hari itu aku masih
sempat membuat draft, karena sejak malam sudah sangat bersemangat tidak ingin
berutang. Sejauh ini keadaan aman. Aman
goleman.
Hari Rabu
aku masih sempat membuat status di WA story, sampai pukul 14.30, di sore hari.
Selepas itu, gawai aku diamkan karena baterai limit dan rencana akan di charge.
Oke. Gawai aku charge kemudian, dari sinilah semua gagal fokus dimulai.
Aku, kalau
nge-charge, selalu kumatikan gawainya. Entah kenapa, Rabu sore kemarin, gawaiku
tidak kumatikan saat nge-charge. Kupikir, jika sewaktu-waktu puteri kecil
bangun, dan meminjam kan jadi mudah. Tidak harus menyalakan lagi.
Niat hati
juga, tidak mau membawa gawai saat mengantar adik ipar periksa ke dokter.
Posisi puteri kecil waktu itu sudah tidur, seharian dia tidak tidur, karena aku baru pulang sore hari, ada pekerjaan Simda Pengurus Barang dan keperluan mengambil surat tugas dari Ketua PGRI Cabang sebabnya.
Aku dan adik ipar pergi selepas
Maghrib. Puteri kecil tidur, Ayah Jose yang menjaga. Sampai di tempat periksa, antrean sudah mengular. Fix, pukul 20.00
adik ipar baru ke luar dari ruangan dokter. Setengah
jam kemudian, kami sudah sampai Rumah Clever. Ternyata sampai rumah, Mbah Uti
sedang kesakitan. Tahu kenapa? Mbah Uti sakit gigi dan baru saja minta pijat
refleksi ke salah satu teman satu sekolahku yang rumahnya dekat.
Mbah Kakung
menyuruhku untuk menelepon teman satu sekolahku itu, disuruh datang ke Rumah
Clever. Tapi, yang terjadi kemudian sungguh di luar jangkaun. Tahu kenapa? Saat
kucabut kabel charge dari gawaiku, aku sangat terkejut, tidak ada gambar signal
kartu di gawaiku.
Berulangkali
kunyalakan ulang gawaiku, hasilnya nihil. Kucopot baki pemasangan kartu
berulangkali juga, hasilnya masih zonk. Keringat dingin mengucur deras
membasahi wajahku. Ya Allah, apa yang terjadi dengan gawaiku. Kenapa kartu
sim-ku tidak terbaca, notifiksi ‘Tidak Ada Kartu SIM’ membuatku membangunkan
Ayah Jose kemudian.
Aku tahu,
beliau juga sedang tidak enak badan, sedang mengalami sariawan akut. Tapi
kuberanikan diri untuk membagikan ceritaku malam itu juga, dan puji syukur
beliau memahami. Bahkan saat aku terlihat sangat kebingungan, beliau memelukku
dengan penuh cinta.
Ah, inikah yang dinamakan pernikahan penuh cinta? Apakah pernikahan penuh cinta itu adalah ketika malam-malam istri menemui persoalan, suami yang sedang tidur dibangunkan, dia tidak marah? Atau yang bagaimana?
Sesederhana itukah, wujud pernikahan penuh cinta?
“Real Love
Starts After Nikah.”
Cinta yang sejati baru dimulai setelah
pernikahan.
Malam Rabu,
menjadi malam penuh liku, bagiku dan suamiku. Kami sempurna penasaran dengan
apa yang terjadi dengan kartu SIM dan gawaiku. Malam itu kami memutuskan untuk
mere-start gawai, sebagai langkah darurat dengan konsekwensi semua data
terhapus. Dengan harapan, semoga besok pagi, gawai kembali normal dan kartu SIM
kembali muncul dengan signalnya.
Sampai
tengah malam aku masih juga belum bisa tidur. Memandangi gawai dan kartu SIM
yang sudah kulepas dari baki-nya. Aku kebingungan, apa yang harus kulakukan?
Benar-benar buntu. Kupikir semua akan baik-baik saja. Ayah Jose menguatkanku. Beliau
kembali memelukku dengan penuh cinta. Kami benar-benar baru tertidur tengah
malam.
Pagi-pagi saat
adzan Subuh, aku terjaga. Ayah Jose membangunkanku untuk salat sambil bertanya
apakah boleh beliau bawa gawai beserta kartu SIM-ku untuk diuruskan ke Grapari di Cilacap Kota? Aku hanya
mengangguk, menandakan bahwa aku setuju. Ternyata, Ayah Jose begitu cerdas
membaca keadaan. Saat istrinya tidak bisa berpikir untuk menemukan solusi,
beliau datang dengan segala ide penyelesaian, tanpa perlu banyak diskusi
berkepanjangan.
Apakah pernikahan penuh cinta itu adalah ketika istri menemui persoalan, suami ikut mengusulkan ide penyelesaian, tanpa banyak pertimbangan? Atau yang bagaimana?
Sesederhana itukah, wujud pernikahan penuh cinta?
“Marry
someone who will promise to wake you up for fajr.”
Menikahlah dengan seseorang yang
berjanji akan selalu membangunkanmu sebelum fajar menyingsing.
Entahlah,
yang jelas aku tidak tahu kalau KTP-ku juga sudah dibawa oleh Ayah Jose untuk
keperluan pengurusan ke Grapari. Aku juga tidak tahu, beliau sampai ingat untuk
membawa KK (Kartu Keluarga) juga, demi lancarnya penggantian kartu. Aku saja sama sekali tidak
kepikiran, karena fokusku sudah kegiatan hari Kamis, tanggal 28.
Apakah pernikahan penuh cinta itu adalah ketika istri menemui persoalan, suami ikut membantu proses penyelesaian, tanpa banyak bicara namun langkahnya jelas terlihat tertata? Atau yang bagaimana?
Sesederhana itukah, wujud pernikahan penuh cinta?
“A man should
be like a child with his wife, but if she needs him, he should act like a man.”
– Umar ibn al-Khattab.
Seorang suami seharusnya bisa tampil di
hadapan istrinya layaknya seorang bocah. Akan tetapi ketika sang istri
membutuhkannya, maka ia harus tampil layaknya seorang lelaki perkasa. – Umar
bin Khattab
Ah, aku
tidak tahu. Aku dan suamiku menikah baru enam tahun. Belum pantas rasanya
menyimpulkan hal sepenting itu. Kami hanya berusaha belajar untuk menjadi
pasangan penuh cinta, seperti kedua orangtua kami. Mereka tentu telah menikah
lebih dari umurku sekarang, 32 tahun. Bahkan sang mertuaku, yang tentu telah
menikah lebih dari umur suamiku, 37 tahun. Merekalah bukti pernikahan penuh
cinta yang sebenarnya.
Lihat saja
saat Mbah Uti sakit gigi malam ini, Mbah Kakung bertanya ini dan itu. Menanyakan
ini dan itu. Kekhawatirannya sempurna terlihat olehku. Bahkan saat tengah malam
aku dan suami belum tidur karena urusan gawai dan kartu SIM, aku melihat mereka
berdua di depan televisi karena Mbah Uti tidak bisa tidur sebab sakit gigi?
Apakah pernikahan penuh cinta itu adalah ketika istri sedang sakit, suami ikut membersamai meski harus rela tidak tidur semalaman? Atau yang bagaimana?
Sesederhana itukah, wujud pernikahan penuh cinta?
“Our love
is the best love because you make my imaan rise, you help me in the dunya and
for that reason I want to meet you again in Jannah.”
Cinta kita adalah yang terbaik. Karena
engkau membangkitkan imanku, menolongku di dunia ini. Dan untuk alasan itulah,
aku ingin berjumpa kembali denganmu di surga.
Atau saat
gawai dan kartu SIM-ku bermasalah, Ayah Jose tetap bersemangat membersamaiku,
meski beliau harus tidur tengah malam kemudian?
Sesederhana itukah, wujud pernikahan penuh cinta?
“Don’t just
search for the one who will make your dunya beautiful. Search for the one who
will make your Akhirah beautiful.”
Jangan hanya mencari seseorang yang akan
membuat kehidupan duniamu indah, carilah seseorang yg akan membuat kehidupan
akhiratmu indah.
Demi melengkapi
postingan ini, aku seluncuran. Artikel tentang ‘Pasangan yang Menikah Lama
Lebih Bahagia dan Penuh Cinta’ di laman web liputan6.com. Katanya, ada sebuah studi
kembali menunjukkan manfaat menikah. Studi yang dilakukan oleh University of California, Berkeley,
menemukan bahwa pasangan yang terikat pernikahan dalam waktu lama memiliki
kesempatan lebih besar untuk bahagia. Menurut studi tersebut, pasangan yang sudah
menikah lama lebih banyak berbagi tawa dan cinta dibandingkan pasangan yang
berpisah karena perbedaan.
Apakah artinya kesempatan untuk berbahagia jadi meningkat bila seseorang tetap mempertahankan pernikahan?
"Lebih
kepada penerimaan dan kedewasaan yang muncul seiring bertambahnya usia.
Misalnya, pada awal pernikahan, perbedaan antara pasangan seolah begitu besar
karena mereka ada dalam fase saling mengenal dan memahami lebih dalam lagi.
Namun seiring dengan bertambahnya usia, pasangan akan belajar untuk
menyesuaikan diri sehingga pertengkaran akan digantikan dengan
penerimaan," konsultan psikolog senior Shweta Singh menjelaskan.
Shweta juga
menjelaskan, terkadang perpisahan tak terhindarkan karena perbedaan di antara
pasangan tak mungkin diatasi. Namun, pasangan menikah yang berhasil melewati
rintangan tersebut akan belajar untuk hidup bersama dan menjaga kesetiaan.
Ketika usia bertambah, mereka akan menciptakan kenangan bersama seperti
memiliki anak, mengusahakan pencapaian karier, dan lainnya.
"Episode-episode
hidup seperti itu akan membuat mereka semakin dekat dan mulai menikmati
kehidupan yang bahagia, yang tentunya tak terjadi dalam waktu semalam,"
cetus Shweta, melansir laman Times of India.
So, apakah
pernikahan Yahnda Bunda sudah termasuk pernikahan penuh cinta juga? Hanya
Yahnda Bunda sendiri yang mengetahuinya.
Apakah ada hubungan antara pernikahan penuh cinta dengan anak cerdas kemudian?
Salam penuh
cinta dari The Clever Family ya...
“Remind me of Allah if your love for me
is indeed true.”
Ingatkan Aku pada Allah jika memang
kamu benar-benar mencintaiku.
Remind me of Allah if your love for me is indeed true..suka penutupnya. Deep banget..
BalasHapusMasyaAllah Dalem banget mba tulisannyaaa
BalasHapusSenyum keluarga cemara, eh samara 😘
BalasHapus