Jesi dan Istana Bintang (Teman Baru)

Jesi dan Istana Bintang
Oleh Betty Irwanti

Setelah berburu, Jesi dan yang lainnya kembali ke tenda. Membersihkan diri lalu bersiap-siap untuk beristirahat.

Jesi tak merasa lelah sama sekali, dia justru senang dalam perburuan kali ini. Pengalamannya menjadi bertambah.

"Jes, kamu tidak tidur? Semestinya kamu lelah sehabis berburu?" tanya Brilli terlihat heran.

"Tidak, Brilli. Justru sebaliknya. Aku merasa senang. Aku tidak lelah," jawab Jesi bersemangat. "kalau kamu mau istirahat, silakan! Aku mau jalan-jalan di sekitar tenda dulu, sambil nunggu ngantuk datang," tambah Jesi, tetap dengan semangatnya.

"Aku akan tetap bersamamu, Tuan Puteri. Tidak akan mungkin aku membiarkanmu bepergian sendirian tanpaku,"

"Baiklah, kalau begitu ikuti aku!"

Jesi berjalan pelan di sekitar tenda, takut membuat kegaduhan. Sementara Brilli ikut terbang rendah, sesekali duduk manis di pundak Jesi.

Suasana lengang, ada beberapa pengawal saja yang sedang membersihkan hewan buruan dan mengemasnya agar mudah dibawa pulang nantinya.

Tiba-tiba Jesi berhenti, memutar pandangan ke sana-kemari.

"Ada apa, Jesi?" tanya Brilli.

"Aku mendengar suara bising sekali. Seperti ada kegaduhan. Ada juga orang minta tolong. Apakah kamu mendengarnya, Brill?"

Brilli mengangguk. "Suara itu datang dari balik semak di seberang komplek tenda ini. Aku sudah mendeteksinya dengan tongkatku."

Jesi berjalan cepat, "Mari kita tolong, Brilli. Jangan sampai kita terlambat!"

Brilli menyibak jalanan yang gelap, dengan tongkatnya. Menghadirkan bintang-bintang untuk menerangi daerah di sekitar mereka. Jesi terlihat siaga dengan alat pemanahnya. Dia berkonsentrasi penuh.

"Tuan Puteri, rupanya tongkatku memberitahu jika bising-bising suara itu bukan manusia, tapi makhluk yang lain,"

"Apa itu, Brilli?"

Jesi berhenti. Dia merasa suara bising itu sudah berhenti. Masih bersisa suara lirih, minta tolong.

"Tolong! Tolong! Tolong aku!" suara itu seperti sudah dekat. Namun belum juga ditemukan oleh Jesi. Brilli berusaha mencari dengan menggunakan tongkatnya. Biasanya akan cepat, tapi entah mengapa kali ini tidak.

"Jes, kita sudah berputar-putar mencari suara minta tolong itu dari tadi. Kenapa belum juga bisa kita temukan, ya?"

"Bersabarlah, Brilli. Kita harus tetap mencari. Suara itu sudah sangat jelas. Pasti ada di sekitar sini. Mari kita cari kembali!"

Jesi menyibak ilalang yang tinggi, dan semak belukar. Dia membersihkan rerumputan dengan pedangnya, siapa tahu saja suara itu asalnya dari bawah, dibalik rumput yang tinggi.

Hutan ini masih sangat lebat, pepohonan besar rimbun, dengan pohon-pohon lain menghiasi di sana-sini. Atau bisa saja, suara itu ada di atas? Di pohon? Jesi memutar pandangan lagi. Sekali lagi dia mengumpulkan fokus, memejamkan matanya, mengepalkan kedua tangannya ke depan. "Bintangku. Datanglah. Terangilah perburuan kami."

Ajaib. Bintang-bintang di angkasa memenuhi langit sekitar. Semakin menambah terang langit tengah malam itu. Bahkan beberapa ada yang turun berada di dekat Jesi. Brilli memandangi langit dan sekitarnya sambil bergumam, "Jesi siap beraksi, ini pasti kekuatannya,"

Jesi mendekati sebuah semak yang rimbun. Dia berbaring, mendekatkan telinganya ke sisi tanah. Dia berseru, memanggil Brilli.

"Brilli, kemari! Ada lubang di sini!"

Brilli mendekat, membantu Jesi mengeluarkan rumput dari dalam lubang. Ternyata di dalam lubang itu ada seekor hewan berbulu putih bersih, bertelinga panjang, tapi di bagian kakinya ada darah. Hewan itu terluka. Jesi mengangkat hewan itu, lalu memeluknya. Dia menangis.

"Kakimu kenapa, temanku? Kenapa sampai berdarah begitu?"

"Aku tadi dikejar-kejar serigala, teman!"
Jesi kaget, kenapa hewan ini bisa bicara. Brilli tersenyum.

"Itulah kehebatanmu, Tuan Puteri Jesi. Apakah kamu tidak menyadarinya?"

Jesi menggeleng.

"Kamu bisa bicara dengan binatang pada saat tertentu,"

Jesi mengangguk, lalu tersenyum. Dia mengelap darah yang ada di kaki hewan itu, sambil terus memeluknya.

"Terima kasih sudah menolongku," kata hewan itu.

"Sama-sama temanku. Sesama makhluk kita harus tolong menolong." jawab Jesi.

Hewan itu tersenyum sambil menahan sakit di kakinya.

"Mari kita pulang ke tenda, Brilli! Kita akan merawat teman baru kita. Kita tidak boleh berlama-lama di sini. Aku takut ada yang mencari jika kita tidak segera kembali," ajak Jesi.

"Baiklah, Tuan Puteri." jawab Brilli.

Jesi, Brilli dan hewan yang kakinya terluka itu berjalan menuju tenda. Jesi tidak membawa serta kuda kesayangan, dia membiarkannya istirahat.

Dini hari ini Jesi menemukan teman baru, Brilli pun ikut senang.

"Siapa, namamu teman?" Brilli bertanya di perjalanan.
"Namaku, Cio." jawab hewan itu.
"Kenalkan aku, Brilli. Tuan Puteri yang sedang menggendongmu ini bernama Jesi. Putri dari Kerajaan Bintang,"

Hewan itu mengangguk pelan, tanda mengerti. Betapa beruntungnya ditolong oleh seorang putri, begitu gumamnya dalam hati.

Bersambung...

#Fantasi
#JesidanIstanaBintang
#TemanBaru
#KelasFiksiODOP6

#OneDayOnePost
#EstrilookCommunity
#November2018
#Day16

@RumahCleverCilacap, 16 November 2018: 17.28.
Ibu Jesi.

Sumber gambar: linamarlsworldandknowledges.blogspot.com

#702kata

Betty Clever
Betty Clever Lifestyle Blogger

4 komentar untuk "Jesi dan Istana Bintang (Teman Baru)"