Resume Materi Fiksi_Achmad Ikhtiar

Resume Materi Prosa Liris Lanjutan-Achmad Ikhtiar (Uncle Ik)
Oleh Betty Irwanti

Tadi malam, tepatnya tanggal 9 Desember 2018 mulai pukul 20.00 sampai pukul 22.00 Grup WA Kelas Fiksi ODOP Batch 6 rame. Ada kelas Prosa Liris Lanjutan dari Uncle Ik (Achmad ikhtiar) yang merupakan anggota lama ODOP. Tapi, karena kesibukan beliau akhirnya memutuskan keluar.

Anggota grup gelar tikar dan mencari tempat nyaman untuk menyimak, termasuk aku. Aku yang di jam-jam segitu bisa dipastikan masih riweh dengan Bebi Jesi (BJ), sebelum jam 8 malam aku menulis notif dulu, untuk absensi. Setelah BJ dan Ayah Jose lelap barulah aku manjat chat yang jumlahnya sudah hampir 250, no problemo gaes.

Sempat juga kok aku minta dibedah tulisan Prosa Liris yang berjudul Hujan di Hatiku yang beberapa seminggu lalu sudah di post di blogku, fasebejo.blogspot.com. Silakan berseluncur bagi yang belum pernah baca ya! 😊

Sebenarnya apa si, Prosa Liris itu?

Berikut aku tuliskan resume (ringkasan) kelas semalam:

Mengapa sih di dunia ini harus ada Prosa Liris? Karena prosa bikin jenuh dan puisi bikin pusing. Perlu banyak latihan untuk bisa membuat prosa liris. Supaya tidak tertukar dengan puisi.

Prosa liris yang dibahas lebih condong ke prosa liris modern. Soalnya prosa liris klasik kebanyakan berisi mantra dan udah umum di masyarakat Minang. Coba simak saja karya Khalil Gibran, W.S. Rendra, Tagor atau Pasternak (Boris Pasternak).

Sebelum mulai menulis Prosa Liris, kita harus tau dulu beda antara puisi, sajak sama prolis (Prosa Liris). Karena ketiganya mirip. Puisi cenderung kaku dan terikat pada aturan, sajak lebih bebas tapi tetap terikat pada rima tertentu.

Prolis bisa dibilang sebuah pemberontak atau mix dari prosa dan puisi. Prolis punya gaya bercerita mirip dengan prosa tapi menggunakan diksi puisi. Itulah yang membuat prolis memiliki kekuatan lebih dibanding prosa, karena daya interpretasinya lebih luas. Umumnya prolis ditulis berparagraf seperti prosa atau cerpen tapi tidak mengikuti plot cerpen, jadi boleh langsung lompat ke konflik atau malah tanpa konflik.

🍀

Contoh prolis yang ditulis oleh Uncle Ik:

BLUES MALARIA

Sitir Blues Untuk Bonnie....

Pandangan matamu masih nanar menjilati pojok demi pojok. Berharap ada berahi malam ini supaya perutmu  yang kosong bisa terisi. Sejauh mata memandang, hanya asap-asap kejenuhan yang terus dihembuskan dari mulut-mulut berbau whiskey.

Langkah kakimu gontai, dari balik perut yang rata, lambungmu perih menjerit-jerit karena belum terkena nasi sejak pagi.

Di tengah ruangan, penyanyi negro dengan gitar akustik bututnya masih terus bernyanyi-nyanyi. Dia tidak bernyanyi dengan suara, tapi dengan darah dan air mata. Kenang mengenang. Lagu perih tembang kampung halaman.

New Orleans… New  Orleans… Oh New Orleans yang jauh disebutnya berulang-ulang. Terkenang anak istrinya yang terbuang, mimpi-mimpi yang sudah tergadai sampai tandas dan borok di selangkangan yang tak kunjung sembuh.

Sumpah serapah membuncah dari mulut-mulut mabuk di pinggir panggung. Bising, hingar bingar, kumuh, jorok, tak beradab, bar-bar. Kamu terjebak dalam neraka yang tak berkesudahan.

Pandangan matamu mulai buram…

Duduklah sini dekat pedianganku. Angin santer yang meniupkan malaria terlalu liar untukmu duduk-duduk di luar. Anyaman rambutmu kusut masai tapi keningmu terang benderang. Duduklah sini sayang.

Hari sudah kasip begini… siapa lagi yang akan datang?

Duduk sini dan genggamlah cangkir kenangan yang akan aku sodorkan. Di dalamnya meliuk-liuk nafas sejarah yang panjang, jangan kamu lupakan. Genggam erat-erat biar tubuhmu hangat.

Akan aku ceritakan sebuah kisah.

Seribu dua ratus empat puluh enam tahun yang lalu, ada seorang lelaki yang termakan sumpah. Janji untuk kembali setelah bertualang lelah. Seorang perawan yang terlalu setia, selalu menunggu kapal terakhir merapat di dermaga. Sambil duduk di ayunan memainkan boneka. Apa mau dikata, kelasi-kelasi mabuk yang datang tak pernah membawa kabar berita. Perawan tetap setia, walau merana.

Duduklah sini sayang, puaskan laparmu, makan dari pingganku. Teguklah anggur-anggur kenangan yang kusajikan. Supaya lupamu hilang, supaya deritamu sirna.

Nanti, pada kokok ayam pertama kita pergi. Tinggalkan negeri tak berperadaban ini. Saat matahari nanar membakar ladang-ladang gandum, kita sudah akan sampai di negeri entah berantah yang hanya kita berdua tahu.

Pada saatnya nanti pasti akan kukatakan:

“Tatap mataku dalam-dalam. Kenanglah, aku lelaki yang seribu dua ratus empat puluh tahun lalu pernah ucap janji…

….padamu.”

🍀

Latar belakang penulisan, ide Blues Malaria Uncle Ik dapat waktu membaca Blues Untuk Bonnie sambil denger lagu Abraham Laboriel yang berjudul Guidum. Tentang kerinduan seorang budak pada kampung halaman. Lalu lahiran ide untuk memasukkan tokoh Pelacur, penyanyi kuiit hitam yang kena sifilis dan cerita tentang tanah harapan. Jadi deh Blues Malaria.

Langkah berikutnya sebelum menulis prolis adala diksi. Ini adalah bagian paling penting dalam membuat prolis. Fungsinya untk memperkuat kesan. Disinilah seorang penulis diuji kemampuannya untuk berdiksi dengan sepenuh hati.

Selanjutnya kita masuk bagian pematraan, ini bagian paling penting. Sebagaimana prosa yang harus kuat dalam deskripsi ruang, prosa liris juga demikian. Enaknya prosa liris lebih bebas, jika kita diminta mendeskripsikan sesuatu kita bisa bikin seemosional mungkin.

Dalam kelas lain, salah satu sifat prosa liris adalah bersifat romantis. Itu betul, tapi siapa yang bisa kasih tolok ukur sebuah keromantisan. Romantis bersifat private, semua orang punya definisi romantis sendiri.

Menurut Uncle Ik, perkembangan prosa liris di Indonesia kurang bagus, masyarakatnya masih suka sastra paperback, makanya wattpad laku. Kalau di luar negeri lebih berprospek, taste seni masyarakat nya udah terlatih

Untuk mendobrak hal itu, Uncle Ik suka nulis prosa liris. Alasannya adalah karena media menulis lain ga ada yang se megah prosa liris. Juga karena kelebihan prosa liris dengan prosa lainnya yang lain. Satu paragraf prosa liris bisa sama dengan 5 halaman prosa dalam makna.

Prosa liris jelas berbeda dengan puisi, karena prolis boleh memakai dialog.

Perhatikan prolis di bawah ini!

🍀

JENDELA

October 21, 2016

sumber: artebia.com

“Sudah kubilang jangan sekali-kali berani membuka jendela itu!”

“Kenapa?”

“Karena saat kamu melihat dunia di balik jendela kamu akan menginginkannya.”

“Itu apa?”

“Itu adalah tangisan.”

“Kenapa manusia menangis?”

“Karena hatinya sedang dihinggapi kesedihan?”

“Apa itu kesedihan?”

“Kenyataan yang terjadi di luar harapan.”

“Apa pula itu harapan?”

“Sesuatu yang kamu inginkan agar terjadi dalam hidupmu.”

“Aku paham sekarang. Berarti manusia akan menagis jika harapannya tidak terpenuhi.”

“Benar. Cepat tutup jendela itu!”

“Sebentar, apa itu yang di sebelah sana?”

“Itu tawa.”

“Kenapa manusia suka sekali dengan tawa?”

“Karena tawa adalah wujud bahagia.”

“Bahagia?”

“Iya, bahagia.”

“Apa itu bahagia?”

“Bahagia adalah saat harapanmu terpenuhi.”

“Berarti tawa adalah kebalikan dari tangis?”

“Tepat.”

“Kenapa tangis diciptakan? Bukankah akan lebih menyenangkan kalau hanya ada tawa di dunia?”

“Untuk menggenapi takdir.”

“Aku jadi bingung. Apa itu takdir?”

“Takdir adalah yang terjadi pada manusia saat mereka sibuk merencanakannya.” *)

“Bahasamu terlalu tinggi. Jelaskan padaku dengan bahasa uang mudah aku pahami.”

“Tidak ada penjelasan lain, sekarang lekas tutup jendelanya.”

“Sebentar, tolong jelaskan yang berpendar dari dada manusia itu apa?”

“Itu cinta.”

“Cinta?”

“Iya.”

“Akan aku tutup jendelanya setelah kamu jelaskan cinta padaku.”

“Tak pernah ada penjelasan tentang cinta.”

“Kenapa begitu?”

“Karena cinta bersifat personal. Tak pernah bisa didefiniskan.”

“Lalu kenapa cinta diciptakan.”

“Untuk menggenapkan.”

“Menggenapkan siapa?”

“Manusia.”

“Bukankah manusia sudah genap dan lengkap.”

“Belum. Lihatlah mereka. Mereka berbeda dengan kita. Mereka hanya memiliki sebelah sayap.”

“Karena itukah mereka tidak pernah bisa terbang ke sini?”

“Tepat.”

“Lalu…?”

“Lalu apa?”

“Bagaimana cinta bisa sebegitu menggenapkan?”

“Saat manusia dalam cinta mereka akan saling berepelukan, erat, sampai tubuh mereka lumat, jadi satu. Jadilah sayap mereka lengkap. Lalu mereka dapat terbang.”

“Kalau mereka dapat terbang, kenapa mereka tidak pernah sampai bisa ke sini?”

“Karena mereka betah tinggal di dunia dibalik jendela.”

“Apa menariknya dunia di sana?”

“Tidak ada.”

“kamu pasti berdusta.”

“Tidak.”

“Kalau dunia di sana tidak menyenangkan, kenapa manusia betah sekali tinggal di sana?"

“…………”

“Baiklah, kalau kamu tidak mau menceritakannya. Akan aku tutup jendelanya sekarang.”

Mungkin karena aku sudah tua dan alpa, rupa-rupanya cinta sempat singgah melalui jendela. Jadilah kami merana. Tertawa, 

menangis, tersenyum dan berkerut-kerut kening karena berusaha memahami hakikat cinta itu sendiri.

*) John Lennon, Beautiful Boy

🍀

Menurut Uncle Ik, tulisan Jendela ini udah luar biasa bagus, hanya bagian emosi yang kurang.

Uncle Ik juga menjelaskan ada bermacam-macam genre prolis, Gibran yang romantis, Tagor yang humanis dan Rendra yang sedikit sadis.

Berikut contoh lain Prosa dari Member Kelas Fiksi Odop 6:

1. Gedebog Tua oleh Winarto Sabdo

dia merasa bagaikan seorang ratu phrameswari
yang duduk di singgasana yang agung megah menawan hati
bersolekkan segala keindahan yang akan dikagumi duniawi
dimana semua orang akan datang menatap dan ingin memilikinya

sekarang hanya dia seorang berkuasa di wisma penjaja asmara
tiada ratu pesaing duduk di kanan kirinya hanys dia saja penghuninya
ratu bohay yang kecantikkannya bak primadona mati karena AIDS dan ratu semok yang masih keturunan tionghoa terkena sifilis dan sirna
mereka berguguran menuai buah dari kemaksiatan pekerjaan ini

ratu jablai tanpa senyuman menatap kosong ke arah kaca
dahulu banyak lelaki mengetuknya sekedar mencari perhatiannya
sekarang mereka hanya melewatinya dengan tatapan kosong dan hampa
tergesa menuju istana baru tempat pelacur muda dari generasi yang lebih belia

ya orang perlahan telah melupakkan kemolekkan tubuhnya
duapuluh tahun lamanya dia dipuja para pencari cinta
sebagai sosok primadona penguasa seantero komplek prostitusi
kini hanya seperti sebatang gedebog pisang tua tak berharga
andai suatu saat dia tumbang
takkan ada yang memperdulikannya....

🍀

2. Bahasa Cinta di Tengah Lenyapnya Cinta oleh Wakhid Syamsudin (Mentor Kelas Fiksi)

"Pergilah, Nak, tinggalkan Rohingnya. Biarkan kami menunggu Izrail, kemana pun pergi, toh, ia akan memanggil, meski di sini kami hanya bisa menggigil."

Kata-kataku di selaksa tangis yang tidak kaugubris di antara kecemasan dan ancaman tragis. Dua keranjang kauikat meski kami tak sepakat karena apalah arti nyawa kami yang sudah nyaris sekarat dalam dekap jazad yang kehilangan daya kuat.

"Aku akan membawa kalian serta, karena kalian bagiku permata, bahkan tidak akan pernah rela kalian keluar airmata, karena kalianlah cinta."

Ucapanmu tulus dari cekung wajahmu yang tirus ditopang tubuhmu yang kian kurus karena kami tak lagi sanggup mengurus. Kau angkat kami satu persatu, merebah di keranjang itu, meski harapan selamat pun belum tentu, meski kau tahu nyawa bisa melayang sewaktu-waktu, tak menyurut tekadmu yang membatu.

"Kau memanggul surga, Nak. Surga akan menyertaimu selalu, Nak."

Tidak kaupedulikan lelah agar kami tetap di atas, kaubawa langkah kaki telanjangmu pada tanah berlumpur yang kaulintas, hutan dan bukit serta sungai kauretas, agar sesegera mungkin melewati tapal batas, agar nyawa selamat tuntas, karena kampung halaman hanya menyisakan kisah nahas.

Nizam, kunamai engkau ketika terlahir, bahkan kami tak habis pikir, sedemikian tekadmu membawa kami menyingkir, dari jangkauan laknat para kafir. Nizam, kujumpai Uwais Al Qarni, sahabat Nabi yang pantas disegani, karena hidup berlimpah bakti, menggendong ibunya ke tanah suci, demi menunaikan haji. Dan Uwais terlahir di sini, dengan nama Nizam si anak kami, surgamu menanti, segala hidupmu kami ridhai.

🍀

(Komentar Uncle Ik: tulisan gedebog tua menyalahi aturan pertama dalam prolis, curahan perasan. Prolis melulu berisi keberpihakan, entah itu suka, jijik, benci, melaknat, simpati dll. Di tulisan itu hanya menceritakan kisah Pelacur tua yang dibumbui diksi dan analogi sehingga kesan emosi yang mau diangkat terasa kurang. Tulisan kedua mengingatkan saya sama prolis lama, keterikatan diksi kuat, saling membelit, jadi terasa kurang bebas. Tapi pemilihan diksi nya bagus)

3. Me, A Jew oleh Fathin

They say if there is heaven in the meadow. But I only found the widows. Their husbands send to the war. Women can’t move, because there is too far.

Head stays on the ground. If you don’t want to hear the deadly sound.  Bombs on the north, sulfur on the south. “One Palestinian’s life is a ticket to heaven,” government said. They dressed so beauty, speak about humanity. But slaughtering the children with no mercy. Should I believe the government?

I walk along the night. Wondering, where is the knights? Head beheaded, heart betrayed. The country clap, when the soldiers take a nap. On the hill of dead bodies, where women and children buried with their worries.

They say, if war is for justice. But I smell it is only for a prestige. Above thousands of people that killed. Yet, they say if God’s order still doesn’t fulfilled.

I walk along the day. Meet a man called Faraday. “Another woman is raped in front of her baby!” he said. It’s not only a story. It’s a May day story, I’m afraid. They kill the Palestinians. Spread fear beyond the tanks’ shadow. I don’t get what Heaven’s will. If there’s only tears and sorrow?

I still in Jerusalem, hope there is no other ruin. But the soldiers push me to join, torture  the Palestinians. They say if  it’s a patriotic. I say it’s a genocide.

"You are a Jew. You should own Jerusalem!” a soldier speak.
"I am a Jew. I should brother with the Moslem!” I won’t repeat.

So I leave him, walking into the dome. Still stand like a stone, think about human and throne.  Two pity kids come, tell me if there is no tomorrow. No warm pillow, houses always on fire. Make me won’t to swallow, that government order. It’s tons of lie.

What is the Heaven’s will, if there’s only tears and sorrow?

🍀

4. Melulu Rindu oleh Lia Anelia

Meringkuk di sudut ruang rindu. Seperti biasa. Hanya aku. Dalam penantian tanpa temu. Selalu berakhir dengan pilu. Namun tak jua buatku menyerah. Aku tetap setia menunggu. Hingga batas waktu.

Batas waktu? Batas yang mana? Jika sabarku tak kenal waktu. Berwindu ku sabarkan hati. Hingga kini, mungkin selamanya. Ya, selamanya.

Selama apa? Mungkin hingga tutup usia? Atau hingga nirwana? Entahlah. Akankah rinduku terus menyepi di sudut hati hingga negeri abadi? Mengapa sedalam itu? Aku pun tak tahu. Hanya rasa ini yang kian erat mengikatku tanpa tahu mengapa.

Mengapa harus aku sendiri yang menyimpan luka? Sedang kau asik dengan mimpimu. Berlayar kemanapun engkau mau. Meraih cita, katamu. Sebersit tanya kadang terlintas begitu saja. Namun aku tak kuasa meminta. Mematahkan asamu demi sebuah hati, yang mungkin tak berarti bagimu.

Bagimu hadirku hanyalah semu. Seumpama debu, yang terlihat hanya jika ada cahaya. Walau nyatanya udara yang kau hirup pun tak lepas dari partikel debu, bukan? Ya, akulah debu yang terhirup dalam setiap udara yang kau hela, walau kau tak pernah menyadarinya.

🍀

(Komentar Uncle Ik: ini bagus, prosa liris pop romantis. Tapi, niilai rasa dan pesan yang terkandung di dalamnya juga harus kuat. Tolok ukurnya, kalau pembaca belum menangis, merasa sesak, terharu atau jijk, berarti kita harus belajar lebih banyak lagi)

Pesan dari Uncle Ik di akhir sesi kelas adalah membacalah. Membaca itu penting, tapi lebih penting lagi memilah apa yang kita baca. Biasakan membaca buku yang punya kualitas bagus. Perbandingannya turun 30%. Maksudnya, jika kita membaca sebuah buku dari seorang penulis dan mempelajari nya dengan baik, maka ilmunya akan kita kuasai 70%.

Coba kalau kita pilih buku dengan kualitas buruk, berapa persen penurunan kualitas yang kita dapat. Waktu kita membaca prolis, kita di ajak tamasya, melupakan separuh dunia dan jadi buat kita percaya kalau kita seutuhnya memang manusia.

Karena aku hanyalah manusia biasa, yang mempunyai Bebi Jesi adalah karunia-Nya yang harus dijaga. Maka, meskipun kelas sangat ramai dan padat berisi, aku baru bisa bergabung di akhir sesi, alhamdulillah masih sempat posting prolis yang kutulis. Rezeki juga bisa langsung ditanggapi oleh Uncle Ik.

5. Hujan di Hatiku oleh Betty Irwanti

Hujan kadang turun sewaktu-waktu, bahkan hanya di lokal tertentu. Andai saja kau tahu, hujan itu baru saja jatuh di hatiku.

Mungkin Tuhan sudah tahu, hatiku penuh sendu. Limbung menguasai kepalaku sama seperti tubuhku.

Hujan jatuh di hatiku, membasahi setiap relung sukma nun jauh. Apakah kau tahu sebenarnya itu yang menguasai hariku kali ini?

Tanpa komando tanpa permisi, basah membanjiri mataku. Apakah hanya aku yang masih saja suka begini? Ingin marah, ingin menawar tapi apalah kuasaku.

Basah mataku samar terlihat, kututup sunggingan senyum dan jawaban yang merangkak pasti. Basah mataku takkan terlihat, karena Tuhan mengirimkan hujan untuk menghapus sembab agar menjadi tak jelas nampak.

Bukan, bukan karena aku tak bisa menahan. Mungkin memang harus terjadi, sebab semua sudah tercatat. Nun jauh di sana. Di tempat yang dijaga ketat oleh-Nya.

Hujan jatuh di hatiku, hujan juga turun membasahi langkahku. Meski begitu tetap jua kukuatkan hatiku.

Aku bukan lagi anak baru yang masuk kerja kemarin sore. Aku sudah belasan tahun berkutat dengan tugas ini. Mestinya, semua sudah kupahami. Demi sebuah kesetiaan pada negara, keluarga dan diri hamba.

Mungkin hati sedang tidak bisa kukuasai.

Hujan di hatiku sudah biasa. Sebiasa aku mengurainya menjadi pelangi agar tak hanya basah menyertai, tapi ia akan mengering dengan hadirnya mentari pagi.

Bukankah pelangi biasa datang selepas hujan sebentar lalu pergi?

Hujan di hatiku bisa jadi hanya terjadi padaku. Sama seperti hujan yang kadang turun di lokal tertentu.

Buktinya, hari ini. Hujan yang sama saat kulewati medan kerja dengan sendunya hati. Separuh kulewati dengan berbasah diri, seperempat lagi hanya rintik belaka, bahkan seperempat sisanya masih kering seperti saat hujan belum tiba.

Ah, mungkin hujan hanya jatuh lokal di hatiku saja.

Mungkin kini bisa jadi kau sedang tertawa.

🍀

Komentar Uncle Ik untuk tulisanku: Temanya umum, diksi lumayan, pop romantis juga 😬)

Terima kasih ya Uncle Ik atas semua Ilmu Pengetahuannya, dan Pencerahannya. Barakallaah.

Oh, iya. Kalau ingin berkenalan lebih dalam dengan Uncle Ik, bisa klik www.achmadikhtiar.blogspot.com
atau www.uncleik.blogspot.com. Di dua web itu pasti banyak tulisan prosa lirik. Aku yakin kamu pasti akan segera melirik, hehehee.

Demikian resume materi Prolis Lanjutan versiku. Dilarang copas tulisan ini tanpa seizinku, ya. Oke.

Salam santun, Ibu Jesi.

Sumber tulisan: WAG Kelas Fiksi ODOP6

#KelasFiksiODOP6
#OneDayOnePost
#EstrilookCommunity
#Desember2018
#Day10

@Rumah Clever, Cilacap, 10 Desember 2018: 19.31.
Ibu Jesi.
Nyi Bejo Pribumiluhur.
Guru bi(a)sa

Sumber Gambar: WAG Kelas Fiksi ODOP6

#Resume
#Materi Fiksi
#Achmad Ikhtiar

Betty Clever
Betty Clever Lifestyle Blogger

12 komentar untuk "Resume Materi Fiksi_Achmad Ikhtiar"

  1. Wow, mantap mbak... Serasa ikutan kelasnya juga. Komplit banget.
    Makasih info dan pencerahannya mbak Betty

    BalasHapus
  2. Tinggk bahasannya nih. Otak w kagak nyampek pusing bacanyaa. Emang baru tau sih

    BalasHapus
  3. Wow, saya pingin tahu ttg prolis, ternyata ini jawabannya. Mkasih, sharingnya mbak.

    BalasHapus
  4. Materi baru. Pernah dengar tapi nggak bisa praktik. Ini materinya keren, contohnya juga mantab...
    Memang lebih ringan dibanding puisi tapi sama2 cakep...

    BalasHapus
  5. Duh aku baru denger istilah prolis, makasih sharingnya mbak

    BalasHapus
  6. Bagus banget karya-karyanya mba, aku jadi terhanyut dengan baca kalimat-kalimatnya. Mantabbb.

    BalasHapus
  7. lama tidak baca materi ini. Seperti belajar lagi.

    BalasHapus
  8. Lengkap sekali penjelasan materi prosa lirisnya, Mbak. Saya baru tau dan kelhatannya menarik. Kepingin nyoba nulis juga, nanti saya mau pelajari juga di blognya achmadikhtiar dan uncleik......

    BalasHapus
  9. Belum terbiasa bikin prosa liris, baca ini sangat terbantu. Trims sharingnya, Mbak 😊

    BalasHapus
  10. Kebetulan lagi butuh penjelasan mengenai prolis. Makasih Mbak,jadi tahu sekarang

    BalasHapus
  11. Lengkap kap
    Jadi inget pelajaran bahasa Indonesia zaman SMP
    Prosa liris saat ini sudah jarang yg mengerti y Mb

    BalasHapus
  12. Wah, lengkap padat materinya. Jadi lebih ngeh tentang prosa liris. Belum terbiasa bikin, sih. Lebih sering nulis puisi.
    Makasih sharingnya :)

    BalasHapus