Sahabat Isa Bella




Ramadhan Writing Challenge
#RCO
#Day11
#OneDayOnePost
#Sahabat

Sahabat adalah sebuah anugerah dari Allah Sang Maha Pemurah, yang di kirimkan untuk melengkapi kehidupan kita. Yang dibutuhkan dalam sebuah persahabatan adalah sebuah pengertian, kepercayaan dan tanggung jawab.

Sahabat adalah teman yang tetap setia meski sudah entah di mana dia berada kini. Ia tetap berusaha menjaga silaturrahmi meski hanya lewat gawai saja.

Sahabat bisa serupa keluarga yang meski jauh terpisah jarak tapi tetap dapat berbagi cerita dan berbagi cinta meski hanya lewat grup WA. Bisa jadi ini sebab globalisasi sudah merambah dunia persahabatan dalam keluarga. Globalisasi juga sudah merambah dunia kekeluargaan dalam hubungan antar sahabat ataupun ikatan kerja profesional.

Seperti The Clever Family yang membernya terpencar sebab kondisi dan tanggung jawab ke belahan barat dan timur. Ada dua adik Ibu Jesi di Jakarta. Ada adik Mbah Kakung di Hongkong. Ada sepupu Ibu Jesi di Jepang. Ada adik ipar Ibu Jesi di Kebumen. Ada calon adik ipar Ibu Jesi di Bekasi. Ada Ayah Jose dan Ibu Jesi di Cilacap saja. Juga ada Pakdenya Jesi yang sementara masih di Cilacap, entah mau dapat orang mana dia. Hehe.

Sementara beliaunya masih jomblo. Tapi meski begitu, beliau keren lho. Sudah membangun rumah sendiri dengan dana pribadi dan sampai saat ini masih menjaga dan merawat simbahnya tercinta. Super salut untuk anak muda yang bertanggung jawab dan keren macam beliau.

Tidak ada yang spesial dengan grup keluarga ini. Grup ini sama seperti grup keluarga yang lainnya. Hanya saja menurut Ibu Jesi, dalam grup ini penuh dengan keakraban dan keterbukaan. Makanya di depan Ibu Jesi menulis bahwa dalam grup The Clever Family, meskipun jelas berbeda jarak dan waktu mereka juga tentu berbeda secara umur tapi mereka semua mengobrol layaknya sahabat.

Keluarga bisa jadi sahabat. Itu yang Ibu Jesi baca. Tidak ada batas percakapan. Di dalam grup itu apa saja dibahas. Dari yang remeh sampai yang kekinian. Dari yang penting sampai yang super penting. Dari soal Bebi Jesi sampai soal Mbah Uyutnya Jesi. Apapun bisa jadi topik.

Topik yang hangat dibahas bulan Ramadhan tahun ini tentu saja seputar ibadah dan amalan di bulan suci penuh berkah. Juga tentang segala persiapan menjelang hari Raya tiba. Lah, masih belasan hari lagi kok. Sudah dibahas?

Tentu saja sudah. Mulai dari urusan gamis untuk Mbah Uti dan Koko untuk Mbah Kakung sampai urusan mau ngecat pintu dan jendela itu sudah off the record dalam Clever Notesnya Ibu Jesi.

Grup ini rame, terutama saat buka maupun sahur. Juga saat ada salah satu yang sela. Yang paling aktif tentu saja Ibu Jesi. Karena dia memang suka bikin rame di mana-mana.

Termasuk bikin rame di grup Kelas buku Solo Dari Pejuang Literasi yang sebentar sudah akan dimulai. Juga di Grup Fiksi ODOP 6 yang antologinya sebentar lagi jedul. Subhanalloh tabarakallah. Semoga Allah mudahkan prosesnya sampai lancar terbit bukunya. Aamiin.

Do'a yang sama juga untuk draft buku solo pertama milik Ibu Jesi yang masih dalam proses self editing. Ada beberapa penulis senior yang sedang membaca sebab beliau-beliau akan dimintai endorsment oleh Ibu Jesi.

Bahkan ada teman yang sangat baik hati mau membantu koreksi untuk draft ini. Ibu Jesi sangat berterimakasih sekali padanya. Terutama untuk Pj Kelompok 7 NAC Batch 3 yang sungguh luar biasa. Ditunggu selalu saran dan masukkan untuk draft ini hingga bisa segera layak masuk tim editor. Semoga sukses ya Mbak Dymarconik Ummaha Ulfa untuk Blind Carbon Copy-nya. Semoga tembus di storial.co. Aamiin.

Perlahan tapi pasti Ibu Jesi semakin menambah daftar teman dan sahabat dalam dunia tulis menulis. Bahkan beberapa ada yang menjadi sahabat setia hingga kini, semoga sampai selamanya ya.

Sahabat-sahabat yang semakin keren dan terus menambah daftar karya dalam catatan sejarah mereka. Ibu Jesi bangga meski hanya bisa memandang dari jauh dan masuk grup WA-nya. Sebab untuk aktif di semua grup itu sebuah keahlian yang sangat langka. Ibu Jesi lebih banyak sebagai silent reader saja.

Perlahan namun pasti juga bisa Ibu Jesi terus ingin berkarya. Mengejar mimpi demi mimpi yang sama sekali tak pernah dibayangkan sebelumnya.

Menjadi penulis sama sekali tak pernah tercipta di benaknya, bahkan sejak kecil. Ibu Jesi hanya gemar menuliskan apa yang menjadi curhatannya ketika memasuki sekolah menengah atas. Waktu itu dia bertekad untuk harus bisa menyusun kalimat demi kalimat sebanyak dua lembar halaman diary-nya. Itu saja.

Dan buku diary merah jambu itu masih tersimpan rapi hingga kini. Hanya saja tulisan mulai memudar sebab alat tulis yang dipakai adalah spidol , bukan bolpoin biasa. Andai saja bolpoin mungkin akan bisa dituliskan kembali tanpa harus menautkan alis berkali-kali.

Diary merah jambu menjadi sahabat Ibu Jesi pada masa itu. Dan ternyata masih ada diary lain di masa lain yang hingga kini masih menjadi kenangan. Ibu Jesi bahkan masih menulis diary hingga sekarang.

Hanya saja lebih kepada diary digital berupa notes di gadget yang kapan saja bisa dia update. Kapan saja bisa dia posts di blog maupun media sosial pribadi. Itu menjadikan Ibu Jesi tak bisa lepas dari benda kecil yang menjadi nyawa dalam semangat menuliskan setiap kejadian yang kelak akan menjadi cerita bagi anak cucunya. Atau bahkan kisah yang akan menjadi sejarah kehidupannya.

Seperti kisah Isa Bella. Kisah cinta dua kota dua negara. Kisah tentang cinta dua orang manusia yang dibumbui kesetiaan pada keluarga tapi sayang harus terpisah karena salah satunya harus merantau ke luar negara.

Itulah sejatinya kisah cinta dua manusia pada masanya. Kisah cinta yang ditulis berdasarkan buku harian biru yang diberikan seorang kekasih untuk kekasihnya. Buku harian biru dengan huruf-huruf berwarna hijau, hitam atau merah sesuai suasana hati saat menulisnya.

Kisah tentang cinta dua orang yang sebenarnya tetangga. Tapi hanya bertemu saat hari raya tiba. Hanya bercengkerama saat Sama-sama lega.

Kelegaan Ibu Jesi yang akhirnya bisa membuat kisah itu diselesaikan dalam draft yang semoga sebentar lagi bisa diluncurkan bukunya. Aamiin.

Berikut sedikit cuplikannya:

Aku sibuk membersihkan piring untuk menyajikan hidangan sambil tetap menyimak.
"Bella, aku paham siapa Isa. Dia adalah temanku sejak SD. Aku tahu dia punya potensi yang bagus meski dia sangat pendiam. Selama ini dia tak pernah terlihat bersinar, karena dia belum menemukan patner yang pas."
Kali ini aku mendengarkan sambil menuangkan air teh ke gelas yang sudah kutata.
"Dan prediksiku tidak meleset. Aku berinisiatif untuk memasangkan kalian berdua. Aku tahu, kamu punya gerakan gesit dan vokal. Isa punya segudang ide, ternyata kalian klop. Bisa saling mengisi. Kalian bakal bisa jadi pasangan yang serasi."
Air yang kutuangkan hampir saja meleber ke luar gelas. Kata-kata yang terakhir diucapkan Mbak Naya menarik perhatianku. Dia tersenyum dengan penuh keyakinan. Aku masih juga belum paham. Masih mencernanya dibalik diam.
Apakah Isa dan aku memang cocok satu sama lain? Apakah Isa dan aku memang telah dipasangkan oleh Tuhan? Sungguh pertanyaan yang perlu mendapatkan jawaban.
"Aku janji padamu, Bella. Suatu saat jika kamu memang benar-benar berjodoh dengan Isa. Aku yang akan membuatkan gaun untukmu saat pernikahan kalian."

🌸


@RumahClever, Cilacap, 8 Mei 2019: 04.34
Betty Irwanti Joko
Ibu Jesi
Nyi Bejo Pribumiluhur

#1127kata
Betty Clever
Betty Clever Lifestyle Blogger

2 komentar untuk "Sahabat Isa Bella "

  1. Wah, sudah mau terbit nih buku solonya ❤️❤️❤️

    BalasHapus
  2. Bolehkah bergabung di komunitasnya bu...Saya Bu Diyah dr Malang. Minat juga menulis buku...

    BalasHapus