Sajadah Isa Bella


Ramadhan Writing Challenge
#RCO 
#Day18
#OneDayOnePost
#Sajadah

Sajadah adalah alas yang dipakai untuk salat, berupa karpet atau sebagainya berukuran kecil, kurang lebih 18x20 cm.

Sajadah zaman now banyak di jual di pasar-pasar tradisional maupun pasar modern. Bahkan ada Lula yang dijual online via situs belanja maupun aplikasi online. Harganya pun bervariasi, dari puluhan ribu hingga ratusan ribu. 

Apakah ada yang memakai sajadah seharga jutaan? Bisa jadi. Lah wong mukenah juga ada yang harganya nyampe segitu, dan dipakai. Apa nggak sayang ya? 

Kalau Ibu Jesi mendingan uang segitu buat beli yang grosiran. Kan bisa dibagi-bagi. Jadi semuanya merasakan pakai dan pastinya pahala akan terus mengalir selama mukenahnya masih dipakai. 

Dan mungkin itu berlaku juga ya, untuk sajadah. Jika kita punya uang kemudian berniat membelikan sajadah untuk diberikan kepada orang yang tidak punya sajadah atau sajadahnya sudah tidak layak dipakai, kita akan mendapatkan kucuran pahala setelahnya.

Sama juga seperti jamaah haji yang setelah pulang dari tanah suci mereka memberikan kenang-kenangan berupa sajadah dan sepaket air zam-zam dan kurma serta makanan khas negara Arab Saudi sana, niscaya pahala yang akan di dapat jauh berlipat ganda.

Ini bukan soal sajadah dan pahala. Ini hanya cerita sederhana tentang kenang-kenangan yang ingin dibagikan untuk anak muridnya yang sebentar lagi akan lulus dan masuk jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama.

Ibu Jesi masih bingung, bahkan hingga ia menuliskan cerita ini. Ide kenang-kenangan itu sebenarnya terinspirasi dari anak murid angkatan kemarin, yang oleh salah satu orangtua dibelikan mug cantik yang diberikan spesial untuk teman-temannya. Ini murni ide orang tua itu.

Kali ini murni ide dari Ibu Jesi, dan ia ingin mendiskusikan hal itu dengan Ayah Jose. Karena apa? Karena ketika dibawa ke rapat kerja di sekolah, jawaban pastinya adalah silakan cari dana atau donatur sendiri untuk keperluan itu. Oleh sebab itu kemudian Ibu Jesi menjadi bimbang dan bingung. Mau apa dan bagaimana agar ide itu tak sekedar menjadi khayalan atau hanya sekedar impian tanpa ada kenyataannya.

Ide pertama yang muncul adalah kalender sekolah, tapi ini harus ada foto untuk mengisi atau jika perlu akan foto baru lagi. Tapi rasanya sangat kurang persiapan, dan ada beberapa anak yang sudah kadung ke luar kota untuk mencari sekolah lanjutan. Ah, biarkan ide ini hangus dengan sendirinya.

Atau ketika kemudian muncul ide untuk membuat album kenangan, ah apakah Ibu Jesi hanya bermimpi? Akan jadi berapa halaman nantinya jika anak murid hanya berjumlah belasan. Apakah ini akan jadi kenangan yang long lasting? 

Entahlah, mungkin butuh berdiskusi dengan yang mempunyai banyak ide seperti Ayah Jose. Tapi sepertinya saat ini beliau belum bisa diajak banyak berdiskusi sebab masih terefek kelelahan setelah beberapa hari iktikaf malam hari dan lanjut kerja malam hari.

Begitu pula seharusnya dengan Ibu Jesi, kelelahan setiap hari itu pasti. Tapi dengan semangat, dia ingin menjalani hari dengan penuh kenangan. Kenangan indah yang ingin diceritakan kelak kepada puteri kecilnya yang kini semakin beranjak besar. 

Puteri kecil yang selalu menjadi semangat dasarnya dalam menjalani aktivitas sepadat apapun. Fokus utamanya hanya sang Bintang. Bintang Kehidupan yang hadir sebagai penerang dalam kehidupan. Sang Bintang yang menjadi penyemangat untuk selalu berbuat baik dalam setiap keadaan. 

Bintang yang akan selalu ikut menggelar sajadah panjang ketika Ayah ibunya terlihat akan menjalankan ibadah salat lima waktu Di Rumah Clever. 

Bintang yang selalu cerdas bereaksi atas segala pertanyaan. Dia yang selalu berucap terima kasih saat diberi sesuatu atau bahkan saat memberi sesuatu. Bintang yang insyaallah akan tumbuh menjadi anak yang baik dan selalu baik. Tidak tergerak oleh zaman yang semakin sulit diprediksi situasinya.

Sebab orang yang baik adalah yang hari ini lebih baik dari hari kemarin. Idealnya demikian. Namun, apakah setiap hari bisa seperti itu? Hanya kita yang bisa menentukan.

Seperti sebuah kutipan yang Ayah Jose pernah tulis di buku harian biru.

Kutipan yang akan ada dalam buku solo perdana istri tercintanya.


What Kind of Day Will I Have?

Tugasku adalah menentukan hari, seperti apa yang akan kujalani.

Hari ini bisa saja aku mengeluh karena cuaca hujan atau bersyukur karena rerumputan tersirami secara gratis.

Hari ini bisa saja aku merengek karena harus pergi kerja atau bisa saja bergembira karena memiliki sesuatu untuk dikerjakan.

Hari ini bisa saja aku menggerutu karena kondisi kesehatanku atau merasa senang karena sampai saat ini aku masih hidup. 
Hari ini aku harus menangis karena bunga mawar memiliki duri atau aku bisa bersyukur bahwa diri ini telah memiliki bunga mawar itu.

Hari ini aku bisa merengek karena temanku sedikit atau bisa bersemangat untuk menemukan teman baru.

Hari ini aku bisa merajuk karena kekasihku mengabaikanku atau kembali menghubungi meski egois kadang menghalangi semua itu terjadi.

Tugasku adalah menentukan hari apa yang akan kujalani.
Bagaiana denganmu?

...

Sayangku,

Akan kuhampakan diriku untuk orang lain, selain Tuhan, orangtuaku, kamu dan saudaraku.

Akan kuikuti langkahmu jika memang engkaulah takdirku. 
Masih selalu tersimpan asa.

Tetaplah senantiasa memanjatkan do’a pada Yang Maha Kuasa.

Yakinlah diri bahwa kita adalah dua manusia sejati yang telah lama menaklukkan keegoisan pribadi. 

Ada begitu banyak hal yang bisa kaubanggakan. 
Semua tantangan yang membuatmu menjadi lebih kuat dan selalu teguh untuk berada di jalanmu dan memberikan yang terbaik untuk hidupmu.

Selamat sayang. 
Kau telah berhasil bertahan dengan mimpi-mimpimu. 
Kau bekerja keras. 
Kau tak pernah menyerah. 
Sekarang kita semua tahu, tak ada satupun hal yang tidak bisa kau lakukan. 

Sayang... 
Apakah benar dirimu terutus sebagai penuntun jiwaku?

Bagai sinar segala resahku bila ragamu menemaniku, apakah benar kamu terutus sebagai pasangan hatiku?

Salahkah jika aku telah menjawab semua pertanyaan itu dengan jawabanku sendiri.

Dan jawabanku adalah telah kujawab dan kaurapatkan sendiri hatimu untukku.

Impian benar-benar punya cara untuk menguji setiap pelakunya.
Dan kau telah membuktikannya.

Inilah momen yang telah kauperjuangkan, maka nikmatlah sayang!

Ikutilah hatimu dan semua peluang emas itu masih ada di depanmu.
Berjuanglah.
Bersabarlah.

Dan...
Maafkan aku
Atas semua salahku
Aku sungguh bahagia bersamamu


Bahagiamu
Adalah bahagiaku
Senyuman indah itu
Akan sempurna jadi milikku

Jangan pernah menjauh dariku
Hidup hampa tanpamu
Sepi merindu
Sembilu

Desir itu serupa debaran
Sulit sekali didefinisikan
Cintakah ini
Sayang

Atau
Hanya ilusi
Hanya sekedar mimpi
Pengisi lamunan siang hari

Sajadah itu basah seketika
Saat sujudku berlinang
Mendoakan sayangku
Dia

Satu
Pinta hati
Hanya setia padaku
Kini besok hingga nanti


🌸

@RumahClever, Cilacap, 29 Mei 2019: 23.10
Betty Irwanti Joko 
Ibu Jesi 
Nyi Bejo Pribumiluhur

#1021kata



Betty Clever
Betty Clever Lifestyle Blogger

Posting Komentar untuk "Sajadah Isa Bella "