Raih Lailatul Qadar Bersama





Ramadhan Writing Challenge
#RCO
#Day23
#OneDayOnePost
#Lailatul Qadar

Satu malam penting yang terjadi selama bulan Ramadhan, yang dalam Al Qur'an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari malam seribu bulan.

Wikipedia menyebutkan bahwa Lailatul Qadar atau Lailat Al-Qadar (bahasa Arab: لَيْلَةِ الْقَدْرِ, malam ketetapan) adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadan, yang dalam Al Qur'an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dan juga diperingati sebagai malam diturunkannya Al Qur'an.

Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat dijumpai pada Surat Al-Qadar, surat ke-97 dalam Al Qur'an.

Menurut Quraish Shihab, kata Qadar (قﺩﺭ) sesuai dengan penggunaannya dalam ayat-ayat Al Qur'an dapat memiliki tiga arti yakni [1]:

Penetapan dan pengaturan sehingga Lailat Al-Qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Penggunaan Qadar sebagai ketetapan dapat dijumpai pada surat Ad-Dukhan ayat 3-5 : Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam, dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan.

Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penuh hikmah, yaitu urusan yang besar di sisi Kami Kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Quran.

Penggunaan Qadar yang merujuk pada kemuliaan dapat dijumpai pada surat Al-An'am (6): 91 yang berbicara tentang kaum musyrik: Mereka itu tidak memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada masyarakat sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surat Al-Qadr.

Penggunaan Qadar untuk melambangkan kesempitan dapat dijumpai pada surat Ar-Ra'd ayat 26: Allah melapangkan rezeki yang dikehendaki dan mempersempit (bagi yang dikehendaki-Nya).

Lailatul Qadar dapat juga kita artikan sebagai malam pelimpahan keutamaan yang dijanjikan oleh Allah kepada umat islam yang berkehendak untuk mendapatkan bagian dari pelimpahan keutamaan itu. Keutamaan ini berdasarkan nilai Lailatul Qadar sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Dalam Al Qur'an, tepatnya Surat Al Qadar malam ini dikatakan memiliki nilai lebih baik dari seribu, bulan (97:1). Pada malam ini juga dikisahkan Al Qur'an diturunkan, seperti dikisahkan pada surat Ad Dukhan ayat 3-6. (44:3).

Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa terjadinya malam Lailatul Qadar itu pada 10 malam terakhir bulan Ramadan, hal ini berdasarkan hadits dari Aisyah yang mengatakan :

" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dan dia bersabda, yang artinya: "Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Romadhon" " (HR: Bukhari 4/225 dan Muslim 1169).

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Lailatul Qadar kemungkinan akan "diwujudkan" oleh Allah pada malam ganjil, tetapi mengingat umat islam memulai awal puasa pada hari atau tanggal yang berbeda, maka umat islam yang menghendaki untuk mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar dapat "mencarinya" setiap malam.

Agar kita yang menghendaki "mendapatkan" Lailatul Qadar, maka berbuka puasalah "sekadarnya" saja agar badan tidak "menjadi berat" dan malas serta menjadi sebab ngantuk dan mudah tertidur, sehingga yang kita inginkan untuk mendapatkan Lailatul Qadar tidak membuahkan hasil.

Malam ketika saya melaksanakan iktikaf juga berada diantara malam hitungan ganjil di sepertiga malam terakhir. Saya ikut acara yang memang berhukum wajib bagi seluruh pegawai berjenis kelamin laki-laki.

Percayalah, iktikaf itu tidak mudah. Perjuangan mendapatkan Lailatul Qadar pun sangat membutuhkan kekuatan. Baik kekuatan lahir maupun batin. Bagaimana tidak? Kekuatan lahir jelas ada pada kondisi fisik yang harus tetap sehat dan prima meski semalam suntuk beribadah hanya kepada-Nya.

Kekuatan batin itu serupa niat, semangat dan keistiqamahan untuk menyelesaikan apa yang sudah diniatkan yaitu meraih malam yang lebih baik dari seribu bulan seperti yang Allah janjikan.

Saya sendiri berkomitmen untuk menyelesaikan tadarus Al Qur'an yang sejak awal Ramadhan sudah saya mulai. Dan alhamdulillah, di akhir iktikaf kemarin saya berhasil khatam dengan sempurna.

Yang saya khawatirkan justru istri tercinta, sebab sepertinya ia sedang fokus menyelesaikan VCT-nya dan kemarin sudah terpotong menstruasi selama lima hari. Kalau boleh saya menghitung ada 12 hari yang dia tidak bisa maksimalkan untuk bertilawah sebab dia juga harus menjaga Bebi Jesi karena saya tidak di rumah selama iktikaf di selama tiga hari. Itu artinya jika ia bisa mencapai jus ke delapan belas pada akhir Ramadhan nanti itu berarti dia sudah maksimal ikut One Day One Jus versinya sendiri.

Saya tahu, istri juga sibuk menulis. Entah apa itu nama eventnya. Yang jelas dia mengisi malamnya selalu dengan menulis. Saya sendiri suka heran dengan semangatnya. Lah wong dia sendiri jadi Pj kok malah kepengen ngikut Nulis juga. Apa ya nggak mumet begitu ya. Kan ada tugas rekap juga. Memangnya dia bisa teliti dengan semua postingan yang semuanya pasti nge-tag dia.

Ah, sudahlah. Istri saya memang begitu. Dia suka sekali cari kegiatan. Kadang kegiatan itu suka datang berbarengan. Dan asyikknya, selalu ada permohonan izin sebelum dia memulai kesibukannya. Bahkan dia berani meminta izin keluarga di group Wa demi dukungan do'a dan dukungan dari semua. Dia selalu bilang, apalah saya tanpa mereka semua. Keluarga bagiku adalah segalanya. Begitu katanya. Ya wis lah. Saya nurut saja.

Saya nurut apa maunya selama masih dalam koridor kebaikan dan tidak melanggar syariat Islam. Saya nurut bukan berarti saya tidak bisa jadi imam dalam keluarga. Jelas saya ada di posisi tertinggi selaku hakim penentu kebijakan keluarga.

Bahkan untuk sekedar membeli sesuatu dia selalu berdiskusi dengan saya. Untuk urusan remeh membeli camilan juga dia suka heboh kalau sedang japri menjelang gajian tiba.

Entahlah, saya menikmati saat-saat kebersamaan yang tidak semua keluarga bisa merasakannya. Saya memang seharian bekerja, tapi dia selalu hadir menyapa meski hanya dengan tiga kata. Dia juga pekerja profesional, tapi dia tak pernah absen untuk menyapa keluarga meski hanya lewat WA. Ah, rasanya hidup serasa sepi tanpa dia.

Teruntuk istri yang selalu saya cinta, izinkanlah saya mengutarakan apa yang selama ini tersimpan di dada.

Terima kasih untuk semua semangat yang setiap hari kau tularkan padaku. Bahkan jauh sebelum aku sadar bahwa aku mencintaimu, kau sudah buktikan itu. Semangatmu untuk selalu menyapaku agar bersama mencari donatur demi meraih dana maksimal di event itu sungguh sangat luar biasa bagiku.

Terima kasih untuk semangat menulismu yang berhasil kau sulutkan padaku. Bahkan di event RWC ini kau niatkan sepuluh hari terakhir menulis dengan sudut pandang aku sebagai orang yang bercerita tentang apapun. Sedangkan Day 1-20 sudah kau tuntaskan dengan sudut pandang aku sebagai dirimu sendiri.

Katamu, ini cara agar dunia tetap seimbang. Sebab pembaca mungkin saja akan bosan jika terus membaca cerita Ibu Jesi. Bukankah Ayah Jose juga punya kisah dan sejarah juga? Mari kita rangkai Ramadhan tahun ini dengan sukacita. Cita dan cinta diantara kita adalah senjata untuk menaklukkan semua tantangan yang ada.

Percayalah, Lailatul Qadar itu akan kita dapatkan bersama. Aamiin...


🌸

@RumahClever, Cilacap, 3 Juni 2019: 23.27.
Betty Irwanti Joko
Ibu Jesi
Nyi Bejo Pribumiluhur

#1085kata
Betty Clever
Betty Clever Lifestyle Blogger

Posting Komentar untuk "Raih Lailatul Qadar Bersama"