Tiga Toilet Masjid






Ramadhan Writing Challenge
#RCO
#Day20
#OneDayOnePost
#ToiletMasjid

Yang masuk satu orang yang jagain satu kampung.
Yang bersihin satu orang yang pakai satu kampung.

Ada dua toilet masjid dekat Rumah Clever, satu khusus untuk jamaah laki-laki dan satu lagi tentu saja khusus bagi jamaah perempuan. Toilet masjid ada di arah sebelah kiri dan sebelah kanan setelah masuk ke pelataran masjid.

Aku sendiri jarang sekali memakai fasilitas toilet masjid, bahkan hampir tidak pernah. Sebab belum pernah juga, tiba-tiba ingin buang air besar saat beribadah di masjid dekat rumah.

Biasanya kalau ingin buang air kecil ya tilalaeh pulang aja, kan dekat tuh, lima menit jalan kaki saja sudah sampai. Terus kalau mau wudu sekalian ya wudu di rumah, kalau mau wudu di masjid lah, cari posisi yang nyaman. Pilihanku jatuh pada kran luar yang tidak harus masuk ruangan toilet masjid. Karena jauh lebih bersih dan suci ya tentunya.

Toilet masjid yang aku suka dan rekomendasi banget karena spesifikasinya adalah toilet Masjid Agung Darussalam, dekat alun-alun kota Cilacap. Kenapa? Karena toilet nyaman dan ruang wudu yang nyaman pula. Terlebih karena batas suci yang jelas antara masjid dengan gedung khusus untuk toiletnya.

Masjid Agung Darussalam menjadi tempat tujuan utama bagiku dan The Clever Family setiap ada agenda di kota jika saja tidak mampir ke Masjid Raya Al Azhar yang ada di kompleks sekolah di mana Ayah Jose bekerja.

Dua masjid ini istimewa, kenapa? Karena Bebi Jesi sudah pernah mengunjungi dan beribadah bersama kedua orang tuanya. Saat ada kesempatan yang memungkinkan, aku dan Ayah ingin mengajak Bebi Jesi bersafari dari satu rumah ibadah ke rumah ibadah yang lainnya.

Waktu itu ada undangan hajatan salah satu rekan kerja Ayah Jose. Kami sepakat untuk mengajak Bebi Jesi ke kota Cilacap Bercahaya. Karena memang lokasinya ada di jarak 41 kilometer dari Rumah Clever bahkan lebih. Kami bersiap bahkan sejak pagi, agar Bebi Jesi bisa nyaman tanpa harus kepanasan.

Setelah satu jam memacu kendaraan melewati banyak desa dan beberapa kecamatan sampailah kami di tempat tujuan. Kami pun menikmati banyak kebersamaan dan perkenalan dengan teman baru. Khususnya bagi aku dan Bebi Jesi. Ini kali pertama dia muncul ke ranah lingkungan kerja ayahnya. Kalau ke sekolah ibunya kan sudah teramat sering ya. Bahkan bisa dibilang setiap hari jika Bebi Jesi minta nyusul ya harus disusulkan.

Selesai dengan agenda kondangan , tujuan berikutnya jelas ke Masjid Agung Darussalam. Tanpa banyak basa basi lagi, kami bergegas. Dan alhamdulillah, sebelum salat Dhuhur kami sudah sampai pelataran masjid yang luas dengan beberapa pos security di depan pintu gerbang. Ada menara tinggi menjulang yang juga di fungsikan untuk tempat siaran radio Darussalam yang mengudara di kota Cilacap Bercahaya sejak masjid ini berdiri.

"Yah, ibu mau ke toilet masjid khusus perempuan ya. Nanti tak sekalian wudu. Biar bisa gantian sama Ayah,"
"Boleh, biar Ayah yang jaga Jesi di sini. Kelihatannya dia senang."
"Iya, Yah. Tuh lihat. Dia lagi turun naik anak tangga. Jangan lupa di jaga ya Yah,"
"Iya, tenang aja..."

Aku pun meninggalkan Ayah dan puteri kecilnya yang masih berada di pelataran parkir dekat anak tangga masuk masjid. Kulangkahkan kaki ke arah sebelah kanan, menyusuri jalan menuju toilet masjid khusus perempuan.

Selesai menuntaskan hajat, bersuci kemudian berwudu. Aku memasuki area dalam masjid. Interior dalam masjid sungguh luar biasa. Dominan kaligrafi yang terbuat dari kayu jati asli sungguh menjadi ciri khas tersendiri. Kaligrafi itu bahkan ada sampai ke lantai dua masjid ini.

Tiang-tiang penyangga yang rupawan pernah menjadi saksi saat aku sering salat tarawih di sini pada masa sekolah SMA tahun 2001-2004 zaman itu. Meski jarak dari rumah Pakde yang kutinggali cukup jauh namun bisa kutempuh hanya dalam waktu kurang dari lima belas menit mengendarai sepeda mini. Ah, selalu indah mengenang masa SMAku dulu. Mungkin kapan-kapan aku ingin sekali hadir di acara reuni, jika saja ada yang mengadakan nanti.

"Ayah, ibu sudah wudu. Sekarang giliran Ayah,"
"Ayah wudunya nanti aja sekalian, kalau Ibu sudah salat Dhuhur. Sebentar lagi masuk waktunya."
"Oh, ya sudah kalau begitu. Ibu masuk lagi. Nanti begitu terdengar adzan, Ibu akan salat. Biar Ayah nunggunya nggak kelamaan."
"Boleh deh."
"Iya, nanti yang jamaah Ayah saja. Tugas menjaga Bebi Jesi itu yang utama."
"Salat juga penting kan bu,"
"Iya, tapi bagi ibu rumah tangga. Menjaga baby itu harus fokus meski sambil salat kan."
"Iya, juga..."
"Alhamdulillah, Jesi manut."
"Alhamdulillah..."

Beberapa saat kemudian terdengar adzan. Sepuluh menit berselang, aku sudah kembali untuk gantian menjaga Bebi Jesi. Ayah Jose menuju toilet masjid khusus laki-laki lalu masuk masjid untuk salat Dhuhur berjamaah. Aku memperhatikannya dengan fokus utama tetap pada Bebi Jesi.

"Ibu, ayah mana?"
"Ayah, salat sayang."
"Di mana?"
"Di dalam..."
"Jesi, mau Ayah..."
"Yuk, nyusul ke dalam..."

Bebi Jesi berjalan pelan, tengak-tengok ke sana-kemari mencari ayahnya. Waktu itu jalannya sudah lancar tapi masih dalam pengawasan, umurnya masih satu tahun lebih sembilan bulan. Jesi baru bisa jalan lancar di usia lima belas bulan. Termasuk umur dewasa bagi seorang anak untuk belajar jalan. Tapi jangan ditanya seperti apa tutur kata dan susunan kalimat yang bisa dia sampaikan. Sejak satu tahun bahkan dia sudah bisa berbicara tanpa cela. Sungguh ini karunia dari Yang Maha Kuasa.

"Yah, habis ini kita ke mana?"
"Kita cari makan dulu aja apa?"
"Ke mana?"
"Pasar Gede saja. Sekalian baik Jesi jalan-jalan."
"Ke DM sama Rita juga nggak Yah?"
"Tergantung..."
"Cantolan dong..."
"Hehe..."
"Ya sudah yukk... Biar pulangnya nggak kesorean juga."
"Emang kenapa kalau kesorean?"
"Kasihan Bebi dong sayang?"
"Justru pulangnya sore aja biar nggak panas, kan? Adem gitu."
"Itu, kan maumu. Hehehe"

Kami tertawa bersama. Ya sudahlah. Jalani dulu semua kegiatan senang. Asal Bebi Jesi nyaman, kami berdua sebagai orang tuanya pun senang kemudian. Iya, kan?

Kring... Kring... Kring...

"Assalamu’alaikum..."
"Wa'alaikumsalam..."
"Joko... Kamu di Cilacap apa?"
"Iya bude. Ada apa?"
"Mampir sini, aku mau titip ikan segar buat Mbah Uyutnya Jesi."
"Oh, banyak apa?"
"Ya lumayan. Nanti jatah buat Jesi juga ada."
"Iya, bude. Nanti aku ke sana."
"Iya, ditunggu."

Bude tahu aku dan Ayah juga Bebi Jesi ada di kota dari siapa ya?

Kring... Kring... Kring...

"Assalamu’alaikum..."
"Wa'alaikumsalam..."
"Ayah Jesi masih di Cilacap apa?"
"Iya Mbah Uti. Ada apa?"
"Suruh mampir ke rumah Bude Juri, katanya mau titip ikan segar buat Mbah Uyutnya Jesi."
"Oh, banyak apa?"
"Ya lumayan. Nanti jatah buat Jesi juga ada."
"Iya, Mbah. Nanti aku sama ibu juga Jesi ke sana. Ini juga bude telepon barusan,"
"Iya, barusan telepon ke sini. Katanya mau antar. Tapi aku bilang titipin aja ke Jesi. Jesi lagi di Cilacap."

O
Jadi begitu ya.
Oke...

🌸

@RumahClever, Cilacap, 1 Juni 2019: 02.16
Betty Irwanti Joko
Ibu Jesi
Nyi Bejo Pribumiluhur

#1075kata

Betty Clever
Betty Clever Lifestyle Blogger

Posting Komentar untuk "Tiga Toilet Masjid "