Mengapa Anak yang Cerdas Tidak Selalu Berasal dari Orangtua yang Cerdas Pula?

#Day6
#KelasNonFiksi
#OdopBatch7


Bismillah

Selamat hari Sabtu. Selamat menyongsong Hari Guru. Yang kupinta hanya satu, semoga Tuhan meridhoi selalu.

Dalam rangka menyongsong Hari Guru tahun 2019, hari ini di PGRI Ranting Binangun sudah melaksanakan Lomba Nyanyi Tunggal dan Lomba Masak Nasi Goreng.



Lomba Masak Nasi Goreng wajib diikuti oleh anggota PGRI laki-laki. Alhamdulillah, antusiasme luar biasa. Semua ikut larut, ikut menyaksikan talenta dan kemampuan luar biasa bapak-bapak dalam menyajikan masakan istimewa untuk momen istimewa ini. Juara adalah jumlah nilai 854 sebagai juara 3 dengan nomor undi 8, atas nama Pak Sarkum. Juara 2 dengan jumlah nilai 865 sebagai dua dengan nomor undi 7, atas nama Pak Purnomo. Juara 1 dengan jumlah nilai 866 sebagai juara satu, Platar nama Pak Kurnia Didik. Semua berasal dari satu SD, yaitu SD Negeri Binangun 01 Kecamatan Bantarsari, SD-ku, SD-nya Ibu Jesi. (Hehe).



Lomba Nyanyi Tunggal wajib diikuti oleh anggota PGRI perempuan. Alhamdulillah juga, antusiasme luar biasa. Semua ikut bernyanyi, dari lagu dangdut, lagu melow, sampai lagu senam. Aku sendiri menyanyikan lagu Layang Sworo meski sebenarnya niat awal ingin mengeksplore lagu dengan judul lain.

Berikut informasi juaranya. Juaranya adalah peserta dengan nilai dari juri 1, 2 dan 3 sebanyak 149, 163, 168, total 480, sebagai juara 3 atas nama Heni Pursetianingsih. Peserta dengan nilai dari juri 169, 162, 173 total 504, sebagai juara dua, atas nama Uswatun Khasanah. Peserta dengan nilai dari juri sebanyak 180, 176, 169, total 525, sebagai juara satu, atas Eliya Safitri. Sang juara berada dalam satu sekolahan. SD Negeri Binangun 06 Kecamatan Bantarsari, berada dalam jarak 1 km dari SD-nya Ibu Jesi.

Sungguh meriah hari ini. Selamat untuk bapak-bapak dan ibu-ibu semua, guru-guru yang luar biasa. Selamat Hari Guru 2019. Hidup PGRI! Hidup Guru Indonesia!

Selamat untukku juga, hehehe... Kali ini memamng masih belum masuk ke dalam jajaran juara, tapi setidaknya aku sudah cukup bangga atas diriku sendiri, dan Mas Joko tercinta. (Eh,)

Lagu Mas Joko menjadi lagu yang ingin sekali kunyanyikan, tapi ada nada tengah yang sulit sekali kucapai keseimbangannya. Coba saja deh, kalau Yahnda Bunda tidak percaya. (Hehe). But, by the way anyar busway, siapa sih Mas Joko. Sebegitu istimewanya dia, hmmm....

Joko, tepatnya Joko Septiono, bukan nama yang asing sih bagiku. Dia adalah seorang patner terbaik bagiku sejak lama. Sejak 2006 aku mengenalnya, meski dalam jarak dua kota dan negara.

Aku memahami sosoknya sebagai lelaki luar biasa yang ternyata, setelah hampir tujuh tahun hidup bersamanya, dia sempurna. Aku harus banyak belajar darinya.

Sama seperti puteri kecilku yang selalu belajar setiap waktu, aku pun juga begitu. Belajar nyanyi, belajar nari, belajar nulis, belajar apa saja, setiap saat aku bisa.

Iya, sejak seminggu yang lalu. Untuk persiapan hari ini, aku benar-benar belajar menyanyi, meski baru menjadi penyanyi saat di kamar mandi (HmHm). Intinya aku akan terus belajar dan terus belajar.

Tapi sebenarnya bukan hanya belajar itu, hal-hal yang sudah kusebutkan. Tapi, aku juga terus belajar dan belajar. Belajar agar menjadi orangtua yang cerdas agar bisa mencerdaskan anak. Lho, kok jadi cerdas lagi? Ya kan, temanya memang lagi #CleverParenting.

Kakak Jesi adalah perpaduan antara ayah dan ibunya, juga garis keturunan kakek dan neneknya. Kenapa? Puteri kecil berwajah mirip sekali dengan ayahnya, bagai pinang dibelah dua. Ibunya tidak dibawa sama sekali, hanya mengandung saja (hmhmm).

Tapi, jangan salah. Sebagian besar sifat dan sikap puteri kecil, menurun dengan sempurna dari ibunya, yaitu dariku. Raut wajahnya ada kemiripan dengan saudara sepupu dari pihak kakek juga neneknya. Tahu kenapa bisa begitu ya, Yahnda Bunda? Faktor gen dan keturunan, bisa jadi dominan pada Kakak Jesi, juga pada anak-anak lainnya.

Apakah dua faktor tersebut juga dominan untuk membawa pengaruh pada kecerdasan anak? Lagi-lagi, kembali aku teringat pada pertanyaan awal sejak pertama postingan blog ini aku mulai.

Apakah benar, anak yang cerdas berasal dari orangtua yang cerdas pula?

Pertanyaan ini sukses menjadi topik hangat saat aku latihan nyanyi, sore hari Kamis kemarin, saat aku mengerjakan tugas operator SIMDA barang dan ada operator BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dengan DL yang sama.

Pertanyaan itu kulontarkan pada tiga orang yang semuanya sudah mempunyai lebih dari dua anak, bahkan ada guru senior di sana, anak beliau sudah tiga, dua diantaranya sudah berhasil menjadi ASN dejak lama.

Mari kita simak sama-sama ya, Yahnda Bunda. Apa sih jawaban mereka soal anak yang cerdas berasal dari orangtua yang cerdas pula, benarkah?

Bu Mariana Prihapsari menjawab: tidak tentu. Anak yang cerdas tidak tentu diturunkan dari orangtua yang cerdas. Semua terjadi karena takdir dan ketentuan dari Allah SWT.

Ustazah Aniqq Faqiroh, berkata: Mengutip syair sebuah nasyid "Iman tak dapat diwarisi dari seorang ayah yang bertaqwa. Ia tak dapat dijual-beli. Ia tiada di tepian pantai. Engkau mendaki gunung yang tinggi. Engkau berentas lautan api, namun tak dapat jua dimiliki, jika tidak kembali pada Allah,"

“Nasyid ini membuat saya jadi teringat percakapan saya dengan salah satu teman. ‘Mbak, saya khawatiirr banget dengan anak saya.. Aduh, dia itu udah mulai banyak bohong. Melakukan banyak hal-hal ngga baik di belakang saya. Jadi sekarang di rumah saya pasangin CCTV agak banyak mbak, biar saya tetap bisa mantau kalo pas lagi kerja’” tambah Ustazah Aniqq Fariqoh.

“Saya yakin kegalauan teman saya ini banyak dirasakan oleh para orangtua. Benar, kita tidak bisa memantau anak kita 24 jam, kita tidak pernah bisa mengontrol anak kita sampe pada hal yang terkecil dari dia. Tapi kalo dia sadar Allah selalu memperhatikan dia, Allah selalu ada bersamanya, insyaallah ada atau tidak orangtuanya, dia akan selalu bersikap baik,”

Terus caranya gimana dong?
“Jawabannya adalah teruslah berikhtiar, agar anak bisa bersikap lebih baik karena dia merasa dilihat dan takut pada Robbnya serta ingin mendapatkan cinta Allah semata,”

"Sejatinya tidak ada anak yang bodoh, yang ada adalah anak yang tidak mendapatkan pendidikan yang tepat"

Pernyataan ini sedikit berbeda dengan apa kata seorang teman yang kujapri via WA, untuk pertanyaan yang sama.

Jawaban datang dari Mbak Linatus Sovia, member Komunitas Blogger Cilacap, yang besok hari ini, mau kopdar sama aku, insyaallah.

“Kalau aku percaya banget pernyataan di atas. Untuk itu, sebagai orangtua yang punya tanggung jawab penuh untuk pendidikan anak, dan yang paling dekat dengan anak, seharusnya mampu mengenali potensi anak. Orangtua yang cerdas, sadar akan hal ini, maka mereka akan lebih fokus dalam menentukan dan mengarahkan si anak. Maka, anak yang cerdas berasal dari orang tua yang cerdas pula. Demikian”

Kok bisa begitu ya? Aku saja baru sadar saat mengetik ini, ketika Kakak Jesi tidur lelap lebih awal, karena seharian tidak mau tidur. Sekarang ini ia tidur, dijaga oleh Ayah Jose. (Benar-benar ayah yang cerdas kan beliau?)

Auto, aku ingin menyimpulkan dulu bahwa, ayah yang cerdas adalah ayah yang mau berbagi tugas menjaga anaknya, saat istrinya sedang belajar atau melakukan kegiatan yang penting ya. Ini fix, tidak bisa ditawar.

Oke, baiklah. Kembali pada pertanyaan, anak yang cerdas berawal dari orangtua yang cerdas pula, benarkah? Ternyata ada jawaban versi lain, yang sedikit berbeda. Jawaban dari Bu Joko? Lho, kok Bu Joko?

Bu Joko yang kumaksud adalah Bu Pergiyawati, istri pak Joko Triyono. Bu Pergiyawati adalah seorang PNS senior, sedangkan Pak Joko Triyono adalah KAur Keuangan Desa Binangun Kecamatan Bantarsari yang sudah mempunyai tiga anak yang sukses dengan kecerdasannya sendiri-sendiri.

Menurut beliau, anak yang cerdas bisa jadi berasal orangtua yang cerdas pula. Orang yang cerdas tidak harus pintar, tapi ia yang bisa menciptakan lingkungan yang mencerdaskan untuk anaknya.

Kenapa lingkungan? Karena lingkungan adalah faktor paling penting untuk membuat anak menjadi cerdas setelah kedua orangtuanya selain karena faktor nasib, takdir dan ketentuan dari Allah yang sudah ada sejak zaman azali.

Oh, ya. Salam kenal katanya dari Bu Joko, (Itu yang ada di flyer paling atas, foto bersama Ibu Jose alias Ibu Jesi.)

So, menurut Yahnda Bunda sendiri, apakah benar anak yang cerdas berawal dari orangtua yang cerdas pula?

Silakan jawab di kolom komentar! Aku tunggu!



Betty Clever
Betty Clever Lifestyle Blogger

2 komentar untuk "Mengapa Anak yang Cerdas Tidak Selalu Berasal dari Orangtua yang Cerdas Pula?"

  1. Klo kata aku sih iya. Orang tua yg cerdas dalam mendidik akan menghasilkan anak yg cerdas juga hehhehe

    BalasHapus
  2. Orang tua yang cerdas memang tidak selalu akan melahirkan anak yang cerdas, tapi akan berusaha untuk membantuk akan yang lebih cerdas dari dirinya.

    BalasHapus