Menjadi orangtua yang cerdas berawal dari pernikahan yang cerdas.




#Day7
#KelasNonFiksi
#OdopBatch7

Bismillah, selamat Hari Guru.

Guru-guruku yang hebat, ada persembahan puisi untukmu. Puisi kudapatkan dari beberapa grup WA, pagi ini.

Guru-guruku yang hebat.

Bagaimana tidak hebat
Rutinitas pagi harus serba hemat
Bangun tepat
Mandi cepat
Sarapan pun kalau sempat

Guruku Hebat
Jam 04.00 subuh sudah wangi
Menjemput sang pelangi
Mengantarkannya meraih mimpi
Demi Ibu Pertiwi

Guruku Hebat
Bertahun tahun menahan diri
Dari keinginan hati
Dari nafsu duniawi yang menghampiri
Walau kadang makan hati

Guruku Hebat
Bagaimana tidak hebat
Tiap hari menopang martabat
Walau kadang tak bersahabat
Namun tetap harus kuat

Guruku tetap hebat
Dalam kekurangan tetap bertahan
Dalam kesederhanaan tetap diam
Dalam kemakmuran tetap tenang

Guruku memang hebat
Meskipun bukan konglomerat
Namun tak melarat
Meski bukan bangsawan
Namun tetap menawan

Guruku Hebat
Mendidik anak negeri
Sepenuh hati
Mengajarkan budi pekerti
Agar menjadi insan yang bernurani
Tanpa harus menyakiti

Guruku tetap yang Hebat
Gaji kecil tak sakit hati
Gaji cukup tak sombong diri
Meski banyak yang iri hati
Karena guru dapat sertifikasi

Guruku memang hebat
Karena sertifikasi dituntut kompetensi
Kalau tak mau diamputasi
Oleh penguasa negeri yang katanya "baik hati"

Guruku Memang Hebat
Meski mutasi dan gandanya kompetensi
Mengancam diri
Tak menjadikannya patah hati
Mengabdikan diri untuk negeri
Sambil menunggu panggilan surgawi.

πŸ™πŸ™πŸ™πŸŒΉπŸŒΉπŸŒΉπŸŒ»πŸŒ»πŸŒ»πŸŒΈπŸŒΈπŸŒΈπŸ’πŸ’πŸ’

#selamathariguru
#HUT PGRI

Pukul 6 pagi ini pula aku sudah di Cilacap kota. Bangun pagi sebelum pukul tiga, adalah sebuah niat yang teramat sangat diniatkan, agar bisa memenuhi undangan acara Hari Guru yang dipusatkan di Lapangan Jati Persada. 

Kenapa aku harus rela dengan sebegitunya? Karena niat hati ingin berangkat, nebeng motornya suami, biar sekalian.

Kenapa nebeng motor suami? Karena sehari-hari memang itu jalur utamanya. Mengendarai sepeda 41 kilometer dari rumah, menuju Cilacap Kota.

Tapi, meski begitu beliau tak pernah mengeluh. Bahkan beliau selalu berusaha menyempatkan diri untuk bermain dengan puteri kecil. Bayangkan seberapa lelah dan letihnya.

Lihat saja sore ini, sekitar pukul lima lebih sedikit, beliau baru saja sampai di rumah. Tebluk. Puteri kecil langsung merajuk, minta main ke PAUD. Untung saja dia sudah mandi. Sebab sejam sebelum pukul lima, aku lebih dahulu sampai di rumah dengan selamat.

Kami berdua menemani puteri kecil kemudian. Pertanyaannya lalu, kenapa kami mau melakukan ini semua padahal tentu saja lelah dan letih sebenarnya menguasai seluruh badan. Apalagi, kepalaku ini sebenarnya teramat berat untuk ditegakkan. Sepanjang perjalanan pulang tadi bahkan, kusempatkan membeli obat, agar nanti malam kubisa meminumnya. Supaya besok kepalaku sudah membaik, tak lagi sakit seperti ini.

Kenapa aku sakit kepala? Karena berangkat ke Cilacap Kota sepagi tadi dan ditemani hujan sepanjang perjalanan itu benar-benar sangat menguji. Bayangkan saja suamiku, yang sudah berteman dan bersahabat dengan cuaca selama lima tahun berjalan. 

Oke, lupakan dulu soal ini. Aku mau mengingatkan soal yang sebelumnya. Mmmm, soal rajukan puteri kecil. Sesaat setelah ayah dan ibunya pulang mengisi hari ini di dalam kota nun jauh.

Aku dan Ayah Jose menyadari betul, bahwa kami bukan orangtua yang setiap hari, sepanjang waktu bisa di rumah. Ada tugas dinas sebagai bagian dari tanggung jawab yang harus ditunaikan.

Menjaga puteri kecil adalah keterbatasan yang membuat kami harus membagi tugas merawat dengan orang lain. Dalam hal ini adalah orangtuaku, mertua suamiku.

Kenapa harus orangtuaku? Karena dari mereka sendirilah alasan itu. Mereka ingin membantu mengasuh cucu pertama, sebagai bagian dari cara mereka bersyukur pada Yang Maha Kuasa.

Kami bersyukur, kami termasuk pasangan yang sepertinya dikasihi oleh orangtua dan mertua, dari pihakku maupun pihak suamiku. Bisa jadi ini karena pernikahan kami adalah pernikahan yang direstui. Pernikahan yang menyatukan dua keluarga. Pernikahan yang penuh cinta.

Dan tahukah Yahnda pernikahan seperti yang kusebut di atas, bisa jadi juga adalah salah satu faktor yang menyebabkan generasi keturunan kita menjadi generasi cerdas.

Kenapa?

Karena menjadi orangtua yang cerdas berawal dari pernikahan yang cerdas. 

Oke. Kalau begitu pernikahan yang cerdas itu yang seperti apa? Simak ulasan sebagai berikut.

Pernikahan yang cerdas adalah cikal bakal pertama dalam menciptakan anak yang cerdas. Pernikahan merupakan awal dari segala niat suci untuk mempertahankan kesucian diri dan niat memperoleh keturunan. 

Keturunan seperti apa yang Yahnda Bunda harapkan? Itu tergantung dari mana Yahnda Bunda memulainya, sejak memasuki jenjang pernikahan. 

Pernikahan seperti apa yang bisa disebut akan menghasilkan keturunan (anak) yang cerdas? Jawabannya tentu pernikahan yang cerdas. Lantas, apa saja ciri-ciri pernikahan yang cerdas itu?

Ciri-ciri pernikahan cerdas diantaranya:
1. Pernikahan penuh cinta dan kasih sayang 
2. Pernikahan di usia matang
3. Pernikahan yang direstui
4. Pernikahan yang menyatukan dua keluarga
5. Pernikahan yang resmi dan syah

Untuk segala keterangan, menyusul di postingan selanjutnya... 

Selamat malam.
Betty Clever
Betty Clever Lifestyle Blogger

5 komentar untuk "Menjadi orangtua yang cerdas berawal dari pernikahan yang cerdas. "

  1. Selamat Hari Guru Mbaa ❤️

    BalasHapus
  2. Selamat Hari Guru, semoga terus menginspirasi generasi penerus.

    BalasHapus
  3. Aku baca ini kok makjleb ya mbak. Aku menikah krn dijodohkan. Bahkan smpe skrg msh proses bljr cinta dan sayang itu seperti apa 😭

    BalasHapus
  4. Aku penasaran banget keterangn per pointnya...
    semangat Kak...

    BalasHapus
  5. Keren mbak.. jadi menginspirasiku juga

    BalasHapus