ALASAN MEMILIH BUKU MY NAME IS RED DAN BERBAGAI SEBAB MENGAPA ORHAN PAMUK
MERAIH BERBAGAI PENGHARGAAN
Percayalah, hidup itu ujian.
Ujian di Read Challenge ODOP
dimulai sejak pertama ada info dari PJ tentang buku apa yang harus dibaca. Aku
langsung googling dan hunting buku ke sana kemari. Online
maupun offline. Online via eLHidaca team. Online, Mulai dari memasang aplikasi
Perpusnas di ponsel suami. Offline, via member Clever Shop by Clever Family.
Jika kemudian ada pertanyaan kenapa
aku memilih buku My Name is Red untuk kubaca? Jawabanku tak lain dan tak bukan adalah tidak ada
alasan khusus kenapa aku memilih buku My Name is Red sebagai buku yang kubaca.
Aku hanya meng-copypaste hasil googlingku ke adikku kemudian dia cari ke penjuru
kota Jakarta. Hasilnya, didapatkanlah buku My
Name is Red dan buku Biografi seorang tokoh muda yang luar biasa. Buku
Biografi itu sudah aku selesaikan di level RCO sebelumnya, dan kini giliran
buku fiksi peraih nobel sastra ini yang sedang aku baca. Targetku, tidak sampai
weekend ini sudah harus selesai kubaca. Jadi mohon maaf jika malam hari aku
lebih sering off karena fokus membaca.
Kenapa? Karena fokus utamaku
sekarang adalah mempersiapkan anak murid yang kurang lebih sebulan lagi sudah
akan menempuh ujian. Juga fokus pada naskah di kelas lain yang masih berada
dalam naungan ODOP dibawah bimbingan para dosbing yang amazing.
Mohon do’anya ya teman-teman, semoga anak-anakku bisa menempuh ujian
sekolah dengan baik, lancar dan sukses. Aamiin. Teriring
do’a yang sama juga untuk teman-teman semua. Semoga kita semua bisa melalui
ujian kehidupan dengan baik, lancar dan sukses. Aamiin.
Percayalah, hidup itu ujian.
Sama seperti yang disajikan dalam
buku My Name is Red karya Orhan Pamuk ini. Semua kisah berisi ujian-ujian bagi
para tokohnya. Bahkan ujian hidup sudah dimulai sejak kisah pertama dalam buku
ini. Kisah pembunuhan misterius seorang seniman yang sedang mengerjakan ilustrasi
buku tak biasa atas perintah Sultan. Buku yang berisi kisah abad kejayaan Islam
di akhir abad keenam belas.
Ujian kedua adalah ketika seorang
lelaki muram dengan masa lalu sekelam namanya ditugasi untuk mengungkap misteri
pembunuan yang pada akhirnya menguak jejak benturan peradaban Timur
(Turki-Islam) dan Barat (Eropa-Kristen). Tentang dua cara pandang dunia berbeda
yang pada akhirnya memicu konflik tak berkesudahan, bahkan hingga saat ini.
Orang yang buta dan orang yang melihat tidaklah sama. (Fatir:19)
Dan kepunyaan Allahlah Timur dan Barat. (Al-Baqarah: 115)
(Halaman 5)
Percayalah, hidup itu ujian.
Buku ini adalah ujian bagi
penulisnya, Orhan Pamuk. Sebab buku ini butuh proses yang sangat lama untuk
bisa ia selesaikan. Buku ini ditulisnya selama enam tahun. Ia menegaskan
pandangan tentang betapa perbedaan hendaknya tidak dijadikan alasan untuk
bertikai dan saling membunuh.
“Dua cara yang berbeda dalam
melihat dunia dan bercerita ini tentu saja berkaitan dengan kebudayaan kita,
sejarah kita, dan apa yang kini secara luas disebut sebagai identitas. Dalam
novel saya, mereka bahkan saling membunuh karena pertentangan Timur dan Barat
ini. Namun, tentu saja, saya harap para pembaca menyadari bahwa saya tidak
percaya pada konflik ini. Karya seni yang baik muncul dari beragam hal yang
berasal dari aneka akar dan budaya, dan semoga novel ini mampu
menggambarkannya.” (Orham Pamuk)
Buku ini berjudul asli Benim Adim Kirmizi yang sudah diterjemahkan ke
bahasa Inggris sebagai My Name is Red yang kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia oleh Atta Verin, seorang wartawati dan penulis dengan judul
Namaku Merah Kirmizi.
My Name is Red sudah diterjemahkan paling tidak ke dalam 25 bahasa dan
memenangkan sejumlah hadiah sastra internasional terkemuka, antara lain Prix du
Meilleur Livre Etranger 2002 (Prancis), Premio Grnzane Cavour 2002 (Italia) dan
International IMPAC Dublin Literary Award 2003 (Irlandia).
Percayalah, hidup itu ujian.
Buku Benim Adim Kirmizi ia
persembahkan untuk Ruya, anak perempuannya. Orham Pamuk pernah menikah dengan
Aylin Turegen pada 1982 tetapi mereka bercerai sembilas tahun kemudian.
Karya-karya Pamuk umumnya
bercirikan kegamangan atau hilangnya identitas yang sebagian ditimbulkan oleh
benturan nilai-nilai Eropa dan Islam. Karya-karyanya kerap mengganggu dan
menggelisahkan, dengan alur yang rumit dan memikat, serta penokohan yang kuat.
Terlepas dari segala kontroversi
yang melingkupi penulisnya, bagi khalayak pembaca di Indonesia, novel My Name
is Red tentu merupakan sebuah bacaan bermutu yang layak disimak. Melalui karya
cemerlang yang diramu dengan intrik politik, dongeng klasik, dan kisah cinta
bercabang yang getir ini, Orhan Pamuk membuktikan diri sebagai salah satu sastrawan
terkemuka dunia masa kini.
“Yang puitik, yang ‘aneh’, yang tak
harus seratus persen dipahami, memang hadir dalam prosa Pamuk yang bisa halus,
bisa kocak, bisa cemerlang, dan bisa mengejutkan itu. Dalam My Name is Red,
pelbagai karakter bicara dalam sebuah cerita pembunuhan. Pada abad ke- 16
termasuk si korban ‘Aku sebuah mayat’, si pembunuh tak bernama, dan seekor
anjing. Dan dari gaya yang semula realistis kita langsung masuk ke kisah si
Hitam yang melakukan apa saja dalam waktu sepekan: menyeberangi Bosphorus,
cerai lewat pengadilan, kawin secara meriah, memandikan mayat, dan potong
rambut ....” (Goenawan Muhammad)
***
Clever Class, 14 Maret 2019: 11.19
Betty Irwanti Joko
Ibu Jesi
Nyi Bejo Pribumiluhur
Diolah dari My Name is Red
Orhan Pamuk, 2001
725 halaman
ISBN 979-1112-40-1
Penerbit Serambi Ilmu Semesta, 2006
Jadi tahu tentang Orhan Pamuk
BalasHapusSemoga suatu saat bisa baca bukunya.
BalasHapuskeren banget...